Tag: pendidikananak

Status Facebook 16 September 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https: http://bit.ly/2xUaJkx


 

Kekhawatiran ini sudah semakin menjadi. Kemarin saya bertemu anak yang mengendarai motor boncengan bertiga. Dari postur tubuhnya, saya duga si anak duduk di bangku 6 SD. Anak yang berbadan kecil DAN tanpa helm itu, memboncengkan ibunya yang lumayan gendut badannya😢. Di bagian tengah, duduk anak lain berusia sekitar 10 tahun. Karena terjatuh dan mengenai mobil yang ada di depan kami, akhirnya kami ikut berhenti. Untung saja tidak ada yang terluka parah. Pikir saya, hal tsb kesempatan baik untuk menyadarkan si ibu. Saya ingatkan baik2 ibu tersebut atas bahaya anak di bawah umur mengendarai motor. Tapi sayang, sang ibu malah menyalak.

“Apa urusan lo, mbak.. Ini anak, anak gue. Motor, motor gue. Mau jatuh, mau benjol, gue berobat pake duit gue. Gak pake duit elo.”😭🙈
Ya Allah, saya merasa sedih sekali mendengarnya. Seorang ibu, tega berkata demikian dan terkesan sangat tidak peduli telah membahayakan keselamatan anaknya. Juga sudah membahayakan nyawa orang lain.
Semoga petisi ini (http://chn.ge/2ak7d7L) bukan sekedar menjadi wacana atau usulan. Semoga benar2 bisa didengar pemerintah sehingga dapat meningkatkan kepedulian orangtua (wali).
Foto: Another coverage from TV Media about the petition.#nodrivingunderage17
Salam hangat,
Saleha Juliandi

Status Facebook 16 September 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https:http://bit.ly/2yFFmy6
Koleksi lain pertunjukan anak-anak SD Jepang. Kok jadi berasa ketemu langsung dengan Mas Tom ya?

—-
Berikut beberapa poin penting yang saya suka dan disukai oleh seluruh peserta tur edukasi Jepang terhadap pertunjukan anak-anak di Jepang:
– Sederhana: TANPA make up, namun TOTAL dalam menyuguhkan kualitas pertunjukan (mereka hanya mengenakan seragam sekolah yang biasa dipakai sehari-hari). Kalaupun ada kostum yang dikenakan, mereka membuat sendiri kostumnya.
– SEMUA anak mendapatkan peran. Bukan hanya anak yang berprestasi saja yang boleh manggung. Anak dengan prestasi akademik terburuk pun tetap ikut manggung. Sehingga tidak ada anak yang merasa paling hebat, tidak ada juga anak yang merasa tersisihkan. Bahkan, ABK (anak berkebutuhan khusus) termasuk anak autis juga mendapat peran di panggunv.
– Anak2 lain yang menonton sangat tenang menyaksikan pertunjukan (tidak berisik sendiri). Ini menunjukkan bahwa mereka sangat menghormati sebuah karya dan jerih payah orang yang telah berlatih keras.
– lagu2 yang dibawakan dalam pentas seni umumnya mengandung pembelajaran dan menyampaikan pesan-pesan moral. Pada video sebelumnya mereka memainkan musik dan bernyanyi bersama tentang semangat bekerja. “Hatarake… Hatarake… (Bekerjalah… Bekerjalah…)”??. Intinya anak-anak di Jepang tidak diajarkan menyanyi lagu cinta-cintaan?.
-Murid-murid memiliki andil sangat besar dalam pertunjukan. Mereka saling bahu-membahu mempersiapkan hal-hal yang menunjang keberhasilan pertunjukan. Guru kesenian hanya sekali-kali memberikan bantuan. Selama pertunjukan berlangsung, saya speechless. Dalam hati, saya bolak-balik bilang, “gilak ! Ini sih keren abis”?. Para murid mengganti setting-an panggung pertunjukan sesuai tema dengan gerakan yang sangat cepat tapi gak berantakan (status dari peserta tur, MbaAida Ulya Yuzaima?)
-Mereka lebih mengutamakan kualitas pertunjukan dibandingkan “penampakan”. Panggung pertunjukan diisi oleh barisan anak-anak dengan kostum seragam sekolah. No need riasan atau kostum menawan. Dengan kesederhanaannya, mereka tetap dapat menyajikan pertunjukan yang sangat memukau?(status dari peserta tur, Mba Aida).
-Para penonton terlihat sangat tertib dan tenang selama pertunjukan berlangsung. Kalau ada siswa yang datang terlambat, mereka akan bergabung dengan berjalan merunduk sehingga tidak menghalangi pandangan penonton lain. Orang Jepang sangat terkenal menghargai dan menjaga kenyamanan orang lain (status dari peserta tur, Mba Aida?).
-Kepala sekolah beserta guru-guru lainnya tidak diberikan tempat khusus, di area paling depan pertunjukan. Lagi-lagi ini membuat kami semakin respek. Mereka semua berdiri di belakang area pertunjukan, tidak jauh dari tempat kami berkumpul. Bahkan ketika harus memberikan sambutan, Kepala Sekolah sedikit berlari kecil untuk bisa sampai podium sehingga menghemat waktu dan anak-anak tidak menunggu lama??(status dari peserta tur, Mba Aida).
-Oleh karena ini farewell-nya anak kelas 6, maka isi dari pertunjukan sarat dengan pesan-pesan positif untuk adik-adik kelas. Sebagai kakak, mereka mengingatkan agar adik-adiknya terus semangat dalam menuntut ilmu dan mengejar cita-citanya. How sweet?(status dari peserta tur, Mba Aida).

Status Facebook 16 Oktober 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi: https://goo.gl/DFwVuY


Obrolan menarik saya dengan si sulung (3 SMP).
Sulung: “Bunda, beda banget ya temen-temenku di Indonesia dengan temen-temen di Jepang.”
Saya: “Beda bagaimana?”
Sulung: “Kalau temen2 di Indonesia pada males-males. Ngerjain piket harian aja banyak yang menghindar. Padahal cuma seminggu sekali dan cuma piket nyapu kelas. Gimana kalau piketnya setiap hari dan disuruh ngosek WC dan nyikat kolam renang kayak di sekolah Jepang ya.”
Saya: “Lha Mbak Jasmine sendiri gimana? males gak?”
Sulung: “Ya kadang jadi ketularan males sih. Habis banyak yang lempar tanggung jawab jadi aku sendiri yang ngerjain. Dulu pas di Jepang temen2 pada semangat banget ngerjain piket walau piketnya berat-berat. Guru (sensei)ku di Jepang nyuruh kerja baktinya pinter banget. Contohnya waktu itu kan masuk musim panas. Jadi murid-murid harus gotong royong bersihin kolam renang yang segede gaban ukurannya karena mau dipakai untuk kegiatan renang musim panas. Trus banyak temen2 pada bilang ‘iyada.. oki kara taihen da (gak mau…susah ya besar banget kolam renangnya)’. Trus tanggapan sensei begini, ‘wah kamu belum tahu sih rasanya bersihin kolam renang. Seru tahu! Kamu bisa bersihin sambil main seluncuran! Pasti nyesel deh kalau kamu gak mau bersihin kolam renang.’ Wah trus aku dan temen2 langsung berubah pada semangat banget. Dan memang seru. Kita bersihin kolam renang sambil main seluncuran. Sensei juga ikut bersihin kolam renang sambil ngawasin kita-kita. Sama waktu piket ngepel lantai (ngepelnya pakai tangan dan sambil nungging loh bun, bukan ngepel berdiri pakai gagang pel). Sensei bilang begini, ‘ngepel lantai itu seru. Kamu bisa sambil main balap-balapan sama temenmu’. Dan emang seru dan bikin kita semua semangat😊.”
Saya: oo gitu ya wah pantes anak2 Jepang kelihatan rajin-rajin banget. Ternyata gurunya pintar dalam memberikan tugas. Makasih Mbak Jasmine, bunda sharing ceritanya ke teman-teman Bunda, yah😘
(Lagi2, saya banyak belajar dari anak😊)
===
Reminder untuk kita semua (termasuk saya):
Meminta anak mengerjakan tugas berat memerlukan trik cerdas. Siapa sih yang doyan sama tugas berat. Kita yang sudah dewasa saja males kan mengerjakan tugas berat?😄. “PILIHAN KALIMAT” sangat berperan besar dalam memotivasi anak agar giat menyelesaikan tugas dengan sukarela tanpa paksaan dan ancaman. Ternyata yang salah itu bukan anaknya. Tapi cara kita (orangtua/guru) yang tidak pandai meminta anak untuk mengerjakan tugas.
(CatatanSaleha Juliandi,www.salehajuliandi.com)
===
Foto: ukuran kolam renang segede gaban yang dimiliki semua SD di Jepang. Sebesar itu, dibersihkan oleh tangan-tangan mungil anak SD. Tanpa andil petugas cleaning service. Foto diambil darihttps://lifesimplycrafted.com/tag/swimming/.

Status Facebook 31 Juli 2016

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:http://bit.ly/2ywT2Ma


RS
Pagi ini saya dikagetkan dengan kabar dari seorang sahabat yang dirawat intensif di ICU. Terdapat memar otak dan tulang pangkal lehernya retak akibat ditabrak motor. Sedihnya lagi, salah satu korban tabrak lainnya sampai meninggal dunia. Almarhumah adalah ibu dari seorang anak berusia 3-4 tahun. Betapa sedih melihat kebahagiaan dan kasih sayang anak tersebut dari ibunya direnggut oleh pengendara tidak bertanggung jawab.
Penabrak adalah anak2 di bawah usia yang SEHARUSNYA tidak boleh mengendarai motor. Geram sekali rasanya. Pengendara seperti ini sering sekali saya jumpai bebas berlenggang di jalan.
Berharap sekali pemerintah bisa membuat undang2 yang bisa MEMENJARAKAN ORANGTUA yang membiarkan anak di bawah usia mengendarai kendaraan bermotor. Demi keselamatan anak tersebut dan demi keselamatan orang lain di sekitarnya. Ikuti petisinya di sini:http://chn.ge/2ak7d7L
Mari menjadi Orangtua yang baik dan bertanggung jawab!
Salam hangat,
Saleha Juliandi
——
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahan bersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.

Status Facebook 8 September 2016

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https://goo.gl/X7dKov


anak SDSebenarnya cerita ini pernah saya tulis dalam buku “Pendidikan Anak ala Jepang”. Tapi saya merasa perlu menulis lagi di sini agar bisa makin mencerahkan kita semua.
Dulu saat masih menetap di Jepang, kami pernah tinggal di daerah pegunungan. Jalannya naik turun. Bahkan beberapa jalan sangat menukik tajam. Tidak ada sama sekali angkutan umum menuju SD anak saya. Untuk menuju ke sekolah, anak saya harus berjalan kaki sekitar 40-45 menit (kecepatan sedang-cepat). Jadi total 80-90 menit PP.
Anak saya tidak sendiri. Anak2 Jepang lain dan anak2 warga asing lainnya juga berjalan kaki ke sekolah. Peraturan jalan kaki tersebut adalah peraturan dari sekolah dan pemerintah kota setempat.
Kalau hujan bagaimana? Apakah kemudian membolos atau orangtua diam2 mengantar anak dengan mobil? Tidak. Kalau hujan, anak-anak memakai sepatu boots, jas hujan, dan payung. Anak-anak TETAP berjalan kaki ke sekolah.
Kalau turun salju dan udara sangat dingin menggigit tulang? Apakah membolos atau orangtua diam2 mengantar dengan mobil? Tidak juga. Anak-anak memakai sepatu boots, jas hujan/payung, kopyah, mengenakan jaket tebal, sarung tangan, atau perlengkapan winter lainnya. Mereka TETAP jalan kaki.
Jepang memang saya acungi jempol dalam mendidik kemandirian dan kedisiplinan anak. Kasus tersebut di atas adalah salah satu contohnya.
OK, banyak orangtua yg komplain saat saya mengatakan hal tersebut di seminar2 yang saya berikan. Kondisi Indonesia dan Jepang memang tidak sama. Jepang lebih aman dan memiliki infrastruktur nyaman bagi pejalan kaki. Sehingga, orangtua tidak khawatir membiarkan anak berangkat sekolah berjalan kaki.
Tentu saja, semua yg ada di Jepang tidak bisa kita tiru PLEK sama persis. Perlu kita modifikasi, sesuai kondisi kita. Yang WAJIB kita contoh adalah usaha mereka dalam membangun kemandirian dan kedisiplinan anak. Kalau tidak memungkinkan anak kita berangkat ke sekolah berjalan kaki, paling tidak kita bisa memberikan kesempatan kepada anak-anak dalam membangun kemandirian dan kedisiplinannya dengan cara meminta mereka BERJALAN KAKI atau BERSEPEDA jika ingin ke tempat-tempat yg tidak terlalu jauh. Kalau anak sudah cukup mengerti, biarkan mereka NAIK ANGKUTAN UMUM.
Tidak perlu naik ojek kalau hanya ingin masuk/keluar komplek perumahan, tidak perlu mengantar anak terus-menerus, APALAGI mengizinkan mereka mengendarai kendaraan bermotor. Selain sangat membahayakan dirinya sendiri, mereka juga sangat membahayakan nyawa ORANG LAIN.
Foto kiri atas adalah foto anak saya bersama kawan2 Jepangnya ketika berangkat ke sekolah saat kami sudah pindah dari kota berpegunungan-Nara- ke kota besar Fukuoka. Mau di pegunungan, mau di kota, semua daerah mewajibkan anak berjalan kaki ke sekolah. Di luar sekolah, selain berjalan kaki, anak hanya diizinkan bersepeda.
Foto kanan atas adalah rombongan anak2 Jepang kelas 1-2 SD berangkat sekolah dengan berjalan kaki.
Foto bawah adalah potret anak-anak di Indonesia. Sudah dimanjakan dengan kendaraan bermotor meskipun secara fisik dan psikis BELUM SIAP mengendarainya.
Sebagai warga dari negara yang masih berkembang ini dan melihat perbandingan foto2 di atas, seharusnya kita MALU dan segera BERBENAH DIRI. Agar Indonesia tidak selamanya tertinggal di belakang. Karena anak yang terbiasa MELANGGAR PERATURAN pada saat kecil, maka mereka akan SENANG melanggar peraturan pada saat DEWASA nanti.
Setelah tertabraknya sahabat saya beberapa waktu lalu oleh pengendara anak2, saya membuat petisi kepada pemerintah agar segera dibuat undang-undang yang bisa memenjarakan orangtua yang lalai maupun dengan sengaja mengizinkan anak di bawah usia mengendarai kendaraan bermotor. Petisi tersebut kini sudah ditandatangani oleh lebih dari 6.000 orang.
Karena petisi tersebut, kemarin hingga hari ini, saya berturut-turut dihubungi olehdetik.com, TV Berita Satu, dan TV Trans7. Mereka menyatakan sangat mendukung petisi tersebut agar undang2 yang mengatur pelanggaraan tsb bisa segera direalisasikan oleh pemerintah. Ulasan daridetik.combisa dibaca di sini:http://bit.ly/2bZXOWB
Dan bagi yang belum menandatangani petisi ini, mari ramai2 tandangani dan sebarkan petisi ini :http://chn.ge/2ak7d7L
Demi Indonesia yang LEBIH BAIK dan LEBIH AMAN.#nodrivingunder17
Salam hangat,
Saleha Juliandi
——
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahanbersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.

Status Facebook 19 November 2016

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi: https://goo.gl/gKSYMB


bersih-bersihFoto aktivitas murid-murid Jepang di bawah sampai sekarang masih menjadi impian saya untuk Indonesia. Dimana PENDIDIKAN KARAKTER anak digembleng habis dan diutamakan di seluruh sekolah di Indonesia. Termasuk salah satunya dalam membangun tanggung jawab anak dalam menjaga KEBERSIHAN dan FASILITAS UMUM secara bersama-sama.
Tidak mengherankan jika toilet-toilet umum di Jepang sangat bersih dan nyaman. Bahkan, bisa saya katakan sangat nyaman digunakan untuk ruang makan dan tidur (!). Yap, memang demikian toilet di sana karena saking bersih dan nyamannya. Tidak pesing, tidak amis, tidak becek, tidak berceceran tisu (meski tidak ada petugas cleaning service yang menjadi penunggu toilet😁).
Semua anggota masyarakat menjaga kebersihan toilet umum bersama-sama. Tentu, semangat tersebut merupakan buah dari perjalanan panjang pendidikan karakter yang digembleng sejak kecil-yang tergambar pada foto di bawah.
Jepang memang bukan negara yang menjadikan agama sebagai landasan. Tapi, kita patut menyontoh cara mereka agar Indonesia yang beragama ini juga memiliki toilet-toilet yang bersih dan nyaman.
“Selamat Hari Toilet Sedunia. Mari kita jaga toilet umum bersama-sama.”
-Saleha Juliandi-
—–
Catatan tentang nilai2 edukasi di Jepang: setiap harinya, anak-anak SD hingga SMA di Jepang memiliki kewajiban membersihkan sekolah (catat! bukan hanya membersihkan skala “kelas”. Tapi skala “sekolah” termasuk kelas, lorong sekolah, kandang hewan, lapangan outdoor-indoor, hingga TOILET). Tugas membersihkan sekolah tersebut dilakukan SETIAP SISWA dan SETIAP HARI (bukan setiap siswa hanya dapat jatah piket sehari dalam seminggu). Tidak ada yang mengeluh atau diam-diam mangkir dari tugas. Karena guru, orangtua, dan pemerintah bersama2 mendukung dan memotivasinya.
——
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahan bersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.

Status Facebook 19 Februari 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https://goo.gl/aR5w98


SD
~Oleh-Oleh dari Jepang untuk Indonesia~
Kami ke Jepang bukan hanya untuk bersenang2 dan mencari keuntungan semata. Tapi ada misi dan visi yang sangat kuat kami pikul dalam membantu membangun karakter bangsa.
Kalau Indonesia ingin menjadi negara yang maju, maka ubahlah terlebih dulu karakter masyarakatnya. Untuk mengubah karakter masyarakat sebuah bangsa, maka mulailah membentuk karakter tersebut sejak mereka masih anak-anak.
Foto di bawah adalah oleh-oleh kami dari Jepang. Pesan dari anak-anak Jepang untuk anak-anak Indonesia. Pesan sederhana yang merupakan kunci dasar kesuksesan sebuah negara.
– Jagalah Kebersihan
– Mengantrilah dengan Benar
– Jagalah Fasilitas Umum
– Taatilah Peraturan
– Jagalah Kedisiplinan
– Cintailah Alam dan Makhluk Hidup Lain
– Gunakan Waktumu untuk Aktivitas yang Produktif
Kalau Jepang saja bisa, Indonesia pun pasti Bisa! Tergantung dari kemauan keras dalam mewujudkannya.
Silakan dishare jika dianggap penting

Jika tulisannya kurang jelas terbaca, bisa diperbesar gambarnya😊
——
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahan bersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.

Status Facebook 27 April 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi: http://bit.ly/2yCmSOs


papa mertua saat mengatur lalu lintas
Dalam perjalanan kami di Lampung beberapa waktu lalu, kami dihadapkan dengan kemacetan yang amat parah. Lalu lintas total berhenti, tidak bisa bergerak sama sekali.
Papa mertua saya (sudah sepuh, usia 60an) turun dari mobil dan jalan jauuuh menjauhi kendaraan kami untuk mencari sumber kemacetan dan mengatur lalu lintas sehingga sumber kemacetan terurai. Kami yang tetap di dalam kendaraan bahkan sampai cemas karena sosok beliau tidak kunjung terlihat lagi.
Dengan kondisi fisik di usia sepuhnya, tentu lebih nyaman bagi beliau tetap duduk di dalam kendaraan yang ber-AC dan tanpa kepulan asap knalpot yang meradang di luar. Beliau tidak berniat ingin mencari ucapan “terima kasih” atau penghormatan dari para pengguna jalan, apalagi mencari uang receh😄. Di usianya yang sudah cukup senja itu, beliau hanya ingin bisa lebih banyak berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain.
Tapi, tak terelakkan masih ada saja pengendara yang tidak punya kesabaran justru memaki dan memarahi beliau karena tidak rela diatur secara bergantian. Padahal, mereka pengendara2 yang lebih muda dan perkasa ketimbang papa mertua.
Memang tidak selamanya niat baik selalu dikenang baik. Tidak selamanya juga kontribusi baik selalu dinilai baik.
Sebaik apapun yang kita lakukan, nantinya tetap saja akan ada omongan sumbang mengenai kita.
Jadi ibaratnya kalau berjalan, lempeng-lempeng saja. Selama yang kita lakukan benar, tidak perlu menghiraukan pendapat negatif orang.
Dan sebaliknya, semoga kita bukan termasuk golongan yang sering mengeluarkan nada sumbang atas usaha seseorang.
—-
Foto: lokasi papa mertua saat mengatur lalu lintas akhirnya kami temukan juga.
—–
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahanbersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.

Status Facebook 18 Mei 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi: http://bit.ly/2yDpeeE


salehajuliandiSudah kangen ingin ke Jepang lagi. Selain ingin kembali mempelajari budaya positif mereka, yang tidak kalah seru karena ingin belanja di toko secondhand lagi (hehe…)
Masyarakat Jepang sangat terkenal dengan pribadi yang sangat menjaga dan merawat barang. Sehingga walaupun telah mendapat predikat “barang bekas”, tapi kualitasnya masih OK. Barang-barang tersebut mereka jual biasanya bukan karena alasan rusak tapi biasanya karena alasan lain seperti ingin pindah rumah, ingin menyortir barang lama agar tidak memenuhi rumah, karena telah memiliki barang yang baru, karena bosan, atau alasan lain.
Kacamata hitam yang saya kenakan pada foto bermerk PRADA, harga barunya sekitar 4 jutaan rupiah. Di toko secondhand ini hanya saya beli dengan harga Rp. 300,000. Awalnya 3,500 yen atau sekitar Rp. 350,000. Saya tawar dengan nada melas, akhirnya dikasih hehe.
Sweater coklat muda yg saya kenakan saat kencan dengan suami juga barang secondhand Jepang, loh.. (Duh blak-blakan banget nih jadinya😁). Sweater tersebut hanya saya beli seharga Rp. 20,000 padahal tanpa cacat sedikit pun.
Daan… Coat yang beberapa waktu lalu ditaksir oleh banyak teman saat saya upload foto dengan coat yang sama, hanya saya beli dengan harga Rp. 70,000. Saya searching2, harga barunya sekitar 3 juta rupiah. Bukan hanya teman2 yang naksir dgn coat tersebut. Saya pun sukaa dengan coat tersebut. Sama sekali tidak terlihat barang bekas dan saya tidak menemukan cacat sedikit pun pada coat tersebut.
InsyaaAllah kami beserta rombongan tur akan kembali ke Jepang akhir tahun ini. Selain kunjungan ke sekolah dan daycare di Jepang, Toko Secondhand terbesar dan terlengkap menjadi salah satu prioritas kunjungan kami.
Siapa sih yang tidak mau barang bagus dengan harga sangat murah? Untuk tampil menarik, tentu tidak harus yang mahal, bukan?😊
Berhemat lah untuk kebutuhan benda-benda mewah dan non produktif. Sementara itu, jangan ragu berinvestasi sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan ilmu dan celengan di akherat👍🏼
Ingin bergabung dengan tur kami? Hubungi : salehajuliandi.secretary@gmail.com
—–
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahan bersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.

Status Facebook 21 Mei 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:http://bit.ly/2zDAWG5



Mungkin karena sudah 38 tahun (heading to 40yo😅), tulang kadang tidak mau diajak kompromi. Biasanya bersepeda rutin setiap pagi tidak masalah, sekarang menjadi bermasalah di persendian lutut.
Akhirnya beberapa hari yg lalu saya putuskan ke dokter orthopedi. Saya pikir karena mereservasi malam hari, antrian makin sepi. Ternyata tidak. Antrian tetap saja masih banyak.
Dengan kaki yang terasa ngilu, saya tidak kuat berdiri lama dan mencoba mencari-cari kursi kosong untuk duduk. Akhirnya mata saya tertuju pada kursi yang setengah kosong. Saya sebut “setengah kosong” karena ada seorang pasien (pengantar pasien?) yang duduknya memenuhi 2 kursi. Bukan karena badannya gemuk sehingga memenuhi 2 kursi, tapi karena posisi duduknya di tengah-tengah antara 2 kursi. Posisi badannya juga miring dengan kaki melebar sehingga nyaris memenuhi 2 kursi sekaligus.
Saya mendekati kursi tersebut dengan langkah kaki pincang. Saya pikir dengan sendirinya orang tersebut akan menggeserkan duduknya dengan cepat. Tapi ternyata tidak. Posisinya tidak geser sedikit pun. Akhirnya saya duduk nyempil, terasa pan*at hanya menempel di pinggiran kursi. Sementara orang tersebut, cuek tidak peduli atau tidak sadar (?)😁.
Saya tidak menganggap orang lain buruk sementara saya sempurna. Ini hanya menjadi pengingat buat saya sendiri dan kita semua, bahwa banyak sekali hal-hal kecil yang kita lakukan dalam kehidupan, seringkali tidak kita sadari telah merugikan dan menyusahkan orang lain. Sementara kita merasa sudah menjadi orang yang paling benar dan suci.
Saya ingat prinsip Jepang tentang meiwakushinai (迷惑しない), yaitu prinsip memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Kalau belum bisa memberikan manfaat baik untuk orang lain, setidaknya kita tidak menyusahkan yang lainnya. Ini sangat terlihat dari perilaku2 orang jepang dalam hal-hal sepele, salah satu contohnya adalah selalu melap tangan dan cipratan air di washtafle umum setelah mencuci tangan sehingga air tidak membasahi lantai dan menyebabkan orang lain terpleset.
Prinsip “meiwakushinai” tersebut sebenarnya sangat islami (agamis). Dan sepertinya kita harus banyak2 instrospeksi diri. Sudahkah kita menjadi pribadi yang benar2 islami (agamis)?
-Saleha Juliandi-
—–
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahan bersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.