Tag: pena nusantara

Status Facebook 24 September 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https:


~Flying with Garuda Indonesia~


Berbeda dengan TUR EDUKASI JEPANG periode Februari 2017 yang terbang bersama All Nippon Airways (ANA Airlines), tur periode November 2017 kami akan terbang bersama Garuda Indonesia – dengan perjalanan DIRECT (tanpa transit). Selama terbang peserta juga mendapatkan snack serta makan berat yang lezat.. (kalau masalah kelezatan ini, saya baru mendapat ceritanya dari suami yang sudah beberapa kali naik Garuda ke luar negeri).
Seperti yang pernah saya posting pada postingan sebelumnya tentang Penginapan, di sini pun saya ingin sampaikan lagi bahwa prinsip kami dalam berbisnis tidak ingin menjanjikan yang muluk-muluk di awal kepada pembeli. Mending bicara yang terburuk (seadanya), daripada menjanjikan muluk-muluk tapi hasilnya buruk (ala kadarnya).
Termasuk mengenai pesawat. Sejak awal kami juga tidak pernah menjanjikan kepada Pembeli Paket Tur tentang pesawat DIRECT yang harganya 2x lipat lebih mahal dari penerbangan dengan transit.
Dengan ikhtiar dan doa maksimal yang kami tempuh, alhamdulillah kami bisa memberikan pesawat TOP INDONESIA secara DIRECT seharga 12 juta walau budget yang disetorkan peserta kepada kami hanya 5 juta.
Profil Garuda Indonesia pun sangat baik. Maskapai Indonesia ini mendapat berbagai penghargaan internasional dari Skytrax berupa Worlds Best Cabin crew 2017, Worlds Top Ten Airlines 2017, dan Worlds Best Economy Class.
Kepuasan kami bukan lah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, tapi mencari kepuasan pelanggan sebaik-baiknya. Jadi jangan ditanya berapa keuntungan (laba) yang kami peroleh dari usaha tur ini. Karena jawabannya “tidak sebesar agen-agen wisata lain”😊. Yang penting alhamdulillah bisa barokah.
Tolak ukur terhadap keberhasilan kami bukan lah banyaknya laba, melainkan kepuasan pelanggan. Kebarokahan itu datang atas ijin Allah. Dan ijin Allah tersebut ada jika kita tidak merugikan orang lain. Tidak menyusahkan orang lain.
—-
Saat akan meninggalkan Jepang setelah 6 tahun menetap di sana bersama keluarga, saat itu saya berurai air mata. Dalam hati bertanya-tanya, “Bisa gak yah suatu saat aku ke sini lagi.” Jepang sudah seperti negara kedua bagi saya. Terlalu banyak kenangan indah dan buruk di negara tersebut. Jadi, kembali ke Jepang seperti kembali ke kampung halaman.
Tapi, waktu itu saya pasrah dan hanya bisa berharap ada keajaiban dari Allah (mengingat suami seorang PNS dengan 4 anak. Tahu sendiri kan gaji PNS berapa hehe…. Kayaknya untuk membiayai istri ke Jepang suami harus pikir-pikir dalam dan nabung berbulan-bulan atau bertahun-tahun ?? Hehe😊).
Sekali lagi alhamdulillah, TUR EDUKASI JEPANG periode November 2017 nanti insyaaAllah menjadi kedua kalinya saya mengunjungi Jepang tanpa biaya dari suami. Bahkan bisa dikatakan gratis🌸. Keajaiban Allah itu ada, kalau kita berusaha.
Info TUR dan Reseller:
(SMS/WA): 085-771-860-444 (Laily) atau 085-771-673-538 (Deka Amalia Ridwan– Writing Travel)

Writers Block? Siapa Takut!

Pelatihan Online
Anda pasti sudah tak asing lagi dengan istilah writers block. Fenomena psikologis di mana seseorang merasa tidak mampu memulai atau meneruskan tulisannya secara sementara, itulah yang disebut writers block. Ketika Anda sudah di depan laptop atau komputer untuk menuangkan ide, tetapi jari Anda malah tersasar ke media sosial dan asyik chatting, tandanya Anda mengalami writers block.
Siapapun pernah mengalami writers block, tak terkecuali penulis besar sekalipun. Meskipun writers block diistilahkan sementara, tetapi bisa jadi maknanya berarti bulanan bahkan menjelma seperti penyakit menahun. Bukti nyatanya ialah Henry Roth, penulis novel Call It Sleep yang diterbitkan pada tahun 1943. Selang dalam waktu yang cukup lama tepatnya tahun 1979 novel keduanya yang berjudul Natures First Garden terbit. Roth membutuhkan 36 tahun! Mengapa bisa begitu? Tak lain karena Roth diserang writers block yang cukup parah. Namun, dalam kurun waktu 36 tahun tersebut, Roth berusaha bangkit dan menyingkirkan writers block akutnya itu.
Writers block ternyata bisa selama itu. Jangankan dalam waktu yang lama, terkadang writers block paling ringan saja sudah membuat kita putus asa bahkan berhenti menulis.
Lantas, bagaimana mengatasi fenomena menjengkelkan ini? Yuk, intip tips-tips yang mudah diterapkan berikut ini.

  1. Biasakanlah menulis hal yang Anda suka dengan cara Anda sendiri. Misalnya menulis peristiwa sehari-hari di blog atau buku harian Anda. Jangan jadikan proses menulis sebagai beban. Tulislah hal yang membuat Anda bahagia, atau membuat Anda merasa sembuh, ini akan membantu Anda melawan perlahan si writers block yang menjengkelkan. Siapa tahu peristiwa-peristiwa yang Anda alami bisa dijadikan sebuah cerita yang luar biasa.
  2. Segeralah tulis ide yang baru saja muncul. Misalnya Anda sedang tidak dalam kegiatan menulis, Anda bisa mencatatnya di note smartphone Anda agar tidak hilang di ingatan. Mungkin saja ide dadakan itu bisa menjadikan Anda sebagai penulis terkenal.
  3. Baca ulang buku kesukaan Anda. Karena dengan membaca, bisa memancing ide-ide baru, ataupun sekedar hanya menambah kosa kata baru yang masih jarang Anda gunakan.
  4. Menonton film bisa dijadikan alternatif. Anda bisa membuat review film tersebut di blog Anda. Cara yang satu ini bisa digunakan untuk melatih agar Anda terbiasa dengan menulis dengan diawali hal yang sederhana.
  5. Tirulah tulisan lain. Eit! Bukan asal meniru atau mencontek mentah-mentah. Melainkan Anda bisa meniru gaya bahasa, cara bercerita, ataupun mengadopsi tema yang bisa Anda kembangkan. Lama-kelamaan, jika Anda sudah terbiasa menulis, Anda akan menemukan gaya bahasa Anda sendiri.
  6. Carilah tempat yang membuat Anda nyaman dalam menulis. Misalnya Anda bosan menulis di kamar, Anda bisa pergi ke taman atau ke tempat yang Anda suka. Ini akan membantu Anda lebih fresh dalam menuangkan ide.
  7. Konsistenkan diri. Luangkan waktu untuk menulis meski itu hanya 15 menit dalam 1 hari. Menulis apa saja. Fiksi maupun non fiksi. Tapi, ingat. Saat Anda menulis, Anda harus memfokuskan diri. Jauhkan diri dari gadget yang membuat fokus Anda teralihkan. Karena mungkin saja writers block yang Anda alami hanyalah jelmaan dari sebuah rasa malas saja.
  8. Jika Anda suka berkompetisi, Anda bisa mengikuti lomba menulis yang tersebar di internet. Tentunya lomba menulis memiliki deadline. Dengan deadline, Anda akan terpacu untuk menyelesaikan tulisan dengan baik dalam kurun waktu tertentu.

Menulis memang membutuhkan kekonsistenan. Anda tidak akan bisa menyelesaikan tulisan jika bukan diri Anda sendiri yang memacu untuk menyelesaikannya. Menulislah yang Anda suka. Sehingga dengan demikian akan membuat Anda bahagia dan senang menulis. Ini akan memudahkan Anda dalam proses menulis.
Tips di atas bisa juga digunakan untuk menggali potensi menulis apa yang Anda punya atau genre tulisan apa yang cocok untuk Anda. Apabila Anda sudah menemukan genre yang cocok dan ingin memperdalam suatu genre tulisan, Anda bisa mengikuti kursus menulis offline maupun online. Dewasa ini, banyak tersebar kursus menulis online tanpa harus bertemu muka. Tentunya ini memudahkan Anda jika kebetulan berdomisili jauh dengan sang mentor. Salah satunya adalah Pelatihan Menulis Online yang dikelola oleh Ibu Saleha Juliandi. Anda akan dibimbing oleh para mentor berpengalaman. Selain murah, peserta mendapatkan fasilitas konsultasi tanpa batas dan jaminan pasti terbit.
Nah, bagaimana? Tips di atas mudah diterapkan bukan? Mari menulis! Jangan biarkan writers block menghalangi ide-ide cemerlang Anda.

Pengumuman Pemenang Lomba Resensi Buku "Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura"

Setelah melewati proses penjurian, akhirnya dewan juri memutuskan siapa pemenangLomba Resensi Buku “Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura”

Berikut adalah nama-nama pemenangnya:
Juara 1 (Hadiah Uang Tunai Rp 1.250.000) : Muhammad Rizal B. Firmansyah
Juara 2 (Hadiah Uang Tunai Rp 1.000.000) : Muhammad Rezky Rahmansyah
Juara 3 (Hadiah Uang Tunai Rp 750.000) : Moh. Mizan Asrori
Kami selaku tim penerbit mengucapkan selamat kepada pemenang. Semoga para pemenang bisa lebih termotivasi dalam dunia tulis menulis.?
Terima kasih kepada rekan-rekan pelajar dan mahasiswa yang telah membaca buku “Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura” dan telah berpartisipasi dalam lomba ini. Untuk yang belum berkesempatan menjadi pemenang, semoga lebih bersemangat lagi dalam menulis.?
Info selengkapnya bisa dicek melalui link berikut: http://bit.ly/1SDbcxc
 

Ibu, Aku Ingin Pulang

pulang

sumber gambar:

http://4.bp.blogspot.com/

=================================================================

Peluncuran novel ke-10 ini sukses! Ratusan pengunjung berjubel di toko buku terbesar se-Indonesia itu demi mendapat diskon novel tersebut serta tanda tangan dari penulisnya langsung. Di luar dugaan, pengunjung toko buku tak juga berhenti barang sejenak saja. Semakin siang, semakin ramai.

Setelah kurang lebih lima jam, akhirnya ajang promosi novel ke-10 nya selesai. Tangannya bisa merasakan kelegaan. Jemarinya sudah pegal mengukir tanda tangan di halaman pertama novelnya. Tak jarang bahkan ada pengunjung yang meminta tanda tangan di kaus atau di buku harian yang sengaja mereka bawa.

Gadis berambut ikal itu membenarkan posisi duduknya dengan agak bersandar ke sandaran kursi. Sesekali ia melakukan stretching ringan pada tangannya.

Nona Kia sudah menjadi penulis terkenal.
Suara itu. Panji, desainer di penerbitan tempat di mana Kia mengabdikan diri lewat tulisan.

Gadis itu hanya menyunggingkan senyum tipis sambil merapikan mejanya. Dari raut wajahnya tampak gurat-gurat lelah. Belum lagi lingkaran di bawah matanya. Sangat menunjukkan bahwa dia butuh istirahat.

Kamu perlu refreshing, Kia. Lihat, nih, mata kamu kayak panda.

Lelaki gondrong yang selalu mengikat rambutnya itu menggoda Kia. Ia membuka fitur kamera depan ponsel pintarnya. Lalu mengarahkannya ke hadapan gadis itu. Kia hanya malu-malu sembari mengernyitkan mata. Menyadari bahwa matanya memang seperti mata panda.

Panji! Kia menutup layar ponsel sahabatnya itu. Ia memberengut manja.
Istirahatlah, kamu sudah lelah berlomba dengan deadline.

Sejak Kia masih duduk di bangku kuliah, ia sudah mulai meniti karirnya dengan menulis buku solo. Walaupun awalnya ia menerbitkan secara self-publishing, bukan berarti ia tidak bisa sukses. Mulanya Kia hanya dikenal sebagai mahasiswi pintar tapi pasif. Namun, karena ia menerbitkan buku secara indie, gadis itu mendadak bertransformasi menjadi seorang yang energik. Ia selalu menyelipkan promosi bukunya lewat percakapan dengan teman-temannya hingga ia dijuluki Miss Buku. Ia juga gencar mengikuti kegiatan organisasi di kampusnya demi kelancaran pemasaran buku-bukunya. Usahanya berbuah manis. Selain dikenal se-antero kampus, bukunya laku keras. Royalti pun lancar mengalir ke kantongnya. Ia menamatkan kuliah dengan keringatnya lewat menulis buku.

Tak puas hanya itu, Kia menulis lagi. Saat itu, Kia mencoba peruntungan dengan mengajukan naskah ke penerbit mayor. Dan ternyata dewi fortuna sedang berpihak padanya! Penerbit mayor menerima naskahnya dengan tangan terbuka. Berkat kepiawannya mengolah tema, membuat cerita yang memotivasi banyak orang, serta gencarnya promosi melalui sosial media, penjualan bukunya pun boleh dibilang fantastis, dibuktikan dengan bukunya tidak hanya sekali atau dua kali cetak. Melainkan sampai cetakan ke-tujuh. Karena itulah ia kembali diundang menulis oleh penerbit. Hingga kini, siapa yang tak kenal dengan sosok Kiana Adisty?

Kiana membalikkan badan ke arah Panji. Panji masih di situ, di belakangnya.

Panji, buatku menulis bukan hanya sebuah pekerjaan, menulis adalah sebuah pencarian jawaban dari masalahku. Menulis juga refreshing bagiku. Melihat wajah-wajah yang bahagia karena membaca karyaku, di situlah letak kepuasan sebuah peristirahatan.

Panji hanya tertawa kecil mendengar celoteh sahabat dari SMAnya itu. Diam-diam ia mengagumi kegigihan seorang Kiana.

Well, baiklah Miss Penulis, mari temani aku beristirahat sambil minum teh. Aku yang traktir. Panji menarik lengan Kia.

Tapi belum juga Kia meneruskan kalimatnya, Panji sudah mengajaknya berjalan terburu-buru. Tak menghiraukan penolakan Kiana.

*****

Kenapa kita enggak ke kedai kopi kayak biasa sih?
Karena aku gak ingin kamu menyembunyikan kantuk lewat secangkir kopi. goda Panji.
Desainer puitis! ejek Kia.

Teh itu menenangkan. Aromanya, rasanya. Kangen kebun teh. Kangen masa kecil. Matanya menerawang teduh ke wajah gadis yang tengah menikmati tehnya.
Kangen pulang sambung Panji.

Mata Kiana yang tadinya menyipit karena tengah menghirup aroma teh, kini menajam. Cangkir teh yang tadi diraihnya, ditaruh kembali dengan agak kasar ke atas meja.

Panji sudah tidak asing melihat sikap Kiana yang sensitif tiap kali ia membahas tentang pulang. Panji tahu, Kiana adalah sosok yang teguh berpendirian. Ia belum bisa mengubah keputusan Kiana untuk segera pulang ke kampung halamannya.

Kiana kehilangan selera minum tehnya. Haus yang ia rasakan hilang entah ke mana. Yang ia inginkan adalah pergi dari hadapan Panji, tanpa berdebat lagi.

Panji menghela nafas panjang. Ia mengumpulkan kosa kata untuk memecah kebisuan. Lelaki itu tidak ingin membuat Kiana marah, atau bahkan membuat persahabatannya renggang karena pertengkaran kecil.

Kiana.
Hmm.

Kiana mengarahkan pandangannya ke jendela. Memperhatikan rintik hujan yang membuat jendela lebih tebal dari biasanya. Jari-jari lentiknya mengetuk-ngetuk meja pelan-pelan.

Apa kamu tidak rindu pulang? Rindu rumah? Rindu Ibu? suara Panji terdengar hati-hati.

Gadis itu menghentikan ketukan jemarinya di meja. Pandangannya belum beranjak dari jendela. Ia masih enggan melihat wajah Panji.

Hening mencuat lagi. Yang bertanya menunggu jawaban. Yang ditanya tak kunjung memberi jawaban.

Bagi Kiana, Panji tidak mengerti apa yang ia rasakan. Tentang rasa perih, rasa terbuang, rasa tersisihkan. Pikirannya mengawang pada peristiwa lima tahun lalu.

Masih berjangkar kenangan menyakitkan itu di kepalanya.

Lima tahun lalu. Saat itu tepat pada pengumuman kelulusan SMAnya. Wajahnya tampak berbinar meski wanita paruh baya yang ia sebut ibu tidak berada di sisinya. Bagaimana tidak, Kia sudah mati-matian mengejar prestasi demi menjadi lulusan terbaik satu angkatan, juga demi menikmati fasilitas sekolah gratis untuk siswa yang berhasil meraih juara umum. Usahanya tidak sia-sia. Dia berhasil menyabet predikat lulusan terbaik. Tak hanya itu, ia juga berhasil tembus PTN tanpa tes dengan jurusan sastra seperti yang ia impikan. Ia kembali ke rumah dengan rona bahagia.

Rona bahagia itu ternyata tak bertahan lama. Ia menyaksikan rumahnya dikepung bodyguard lintah darat. Kiana ketakutan. Ia bersembunyi di pohon jambu besar di depan rumahnya. Ayah tirinya babak belur dalam keadaan mabuk. Uang-uang simpanan ibunya dirampas habis tanpa ampun.

Puas menjarah keluarga Kiana, lintah darat itu berlalu. Kiana yang ketakutan, menghampiri ibunya ke dalam rumah. Tubuhnya bergetar. Matanya terasa panas. Bulir-bulir kepahitan satu persatu membasahi pipinya.

Ibu. Gadis itu menghambur ke pelukan ibunya yang meringkih.

Ibu, kita pergi saja dari sini. Tinggalkan suami ibu. Dia yang buat kita terlilit hutang.
Ibu memandangi wajah anak tunggalnya.

Kita mau tinggal di mana? Mau makan apa? Satu-satunya yang tersisa cuma kebun teh yang tak sampai seperempat hektar.

Tak puas dengan jawaban ibunya, Kia menjawab dengan penuh keyakinan.

Kia bisa menulis bu. Ibu tahu kan selama sekolah Kiana dapat uang jajan dari mengirimkan tulisan? Ibu tahu? Kiana tembus universitas negeri di Jakarta jurusan sastra seperti yang Kia inginkan. Kia juga berhasil dapat beasiswa sampai wisuda. Gak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Gadis itu menatap dalam ke bola mata ibunya.

Ibu menarik nafas dalam.

Kia, maafkan Ibu. Bukan Ibu tidak ingin kamu sekolah tinggi. Tapi, sekarang Ibu ingin kamu mengurus kebun teh kita. Bekerja di sini. Setelah hutang ayah lunas, barulah kamu pergi ke Jakarta. Kejar mimpi-mimpi kamu.

Kiana menatap tak percaya. Apa yang sesungguhnya ada di pikiran Ibu? Mengapa wanita itu tidak yakin akan kesungguhan putri tunggalnya?
Tapi, Bu

Halah. Dasar belagu mau kuliah segala! Urus tuh kebun teh kita.

Tiba-tiba Ayah tirinya menghampiri Kiana. Masih dalam keadaan mabuk sambil mendorong kasar bahu Tiana. Ibu tidak tinggal diam. Ia memeluk kembali putrinya.

Sekarang Ibu pilih ikut aku ke Jakarta atau bertahan di sini dengan Ayah? Kiana tidak ingin berbelit lagi. Ia langsung pada pertanyaan inti. Gadis itu sudah cukup lelah mendekam di rumah itu.
Nak, kalau kita ke Jakarta mau makan apa? mata Ibu berkaca-kaca.
Ibu meragukan aku? Aku bisa menulis. Aku bisa cari uang lewat menulis.
Modal nulis gak akan bisa kaya kamu Ayah menimpali dengan nada mengejek.

Kiana bangkit dari rangkulan ibunya. Ia berdiri dan perlahan mengumpulkan tekad.
Oke. Kiana akan tetap pergi.

Ia bersumpah tidak akan menangis lagi untuk hidupnya. Ia hanya perlu lebih kuat, mengumpulkan nyali setangguh baja, dan mempersiapkan diri menjadi seorang penulis hebat. Gadis itu berlalu menuju kamarnya. Mengambil koper dan membawa baju seadanya. Dengan sisa uang dari honor menulisnya yang tinggal sedikit, tak menyurutkan langkahnya untuk memperbaiki nasib.

Kia mengabaikan ibu yang menahannya pergi. Ia merasa ibu tidak memercayainya, tidak menghargai kesungguhan niatnya. Dan meskipun ia sendiri, ia tak akan mengurungkan niat untuk pergi. Tapi, ia tidak benar-benar sendiri. Diam-diam, Panji, sahabat karibnya di SMA, mengikuti jejaknya, kuliah di Jakarta.

Kiana. Suara Panji memanggil jiwa Kia kembali ke masa kini.

Gadis itu terkesiap. Perih itu makin menggerogoti ulu hati. Perih itu, entah rindu, entah ambisi atau dendam yang menggebu.
Panji, hidupku di sini. Jakarta sudah membesarkan namaku. Aku sudah bisa mengumpulkan uang lewat menulis.

Panji masih menatap lembut Kiana. Mencari-cari sisi kelembutan hati gadis itu. Jauh di lubuk hatinya, ia percaya Kiana bukanlah sosok yang keras kepala. Masih tersisa puing-puing cinta juga rindu untuk ibu, wanita yang sudah membesarkan Kiana. Ya, Panji percaya itu,

Lantas untuk apa aku pulang? Aku sudah titip uang buat Ibu lewat kamu. Kewajibanku selalu kutuntaskan. Bahkan sejak awal kepindahanku di Jakarta. sambung Kiana.

Panji masih terdiam. Ia membiarkan gadis itu meneruskan segala kekatanya.

Hidup itu mesti dinamis, Panji. Bergerak seperti ombak, berani menantang karang yang menantang. Kamu sudah membaca petikan kalimat itu di novelku, kan? Lihat, aku sudah berani menantang nasib, menaikkan taraf hidupku, mengumpulkan uang. Aku sudah berhasil membuktikan pada semua orang, dengan menulis aku bisa sejahtera dan menyejahterakan. Kiana tidak mau kalah, ia meluapkan semua emosinya kepada Panji.

Kiana, kamu bilang menulis bukan cuma sebuah pekerjaan. Itu artinya menulis bukan cuma untuk uang.
Kali ini Kia menatap tajam mata Panji.

Tentu aku sudah membaca novelmu. Hidup itu mesti dinamis. Bergerak seperti ombak, berani menantang karang yang menantang. Tapi, kamu lupa satu hal, Kia. Ombak tak pernah lupa ke mana ia harus pulang.

Panji beranjak dari kursinya. Ia memutuskan untuk pergi sejenak. Membiarkan sahabatnya berpikir, merenung. Lelaki itu berharap masih tersisa kelembutan di hati Kiana.

Perasaan Kia campur aduk. Ia mengepalkan jarinya kuat-kuat. Gadis itu memejamkan mata. Bodohkah ia? Ternyata novelnya belum selesai. Ombak itu memang bergerak. Dinamis, tak pernah takut menghalau karang, tapi ia benar-benar lupa satu hal. Ombak tidak pernah lupa ke mana harus pulang. Ombak selalu pulang ke pantai.

Gadis berambut ikal itu mengendurkan kepalan jemarinya. Kini ia menutup wajahnya dengan tangannya. Tuhan! Perasaan apa ini? Mendadak wajah sang ibu mengelebat dalam pejaman matanya. Suaranya. Suara wanita paruh baya yang ringkih itu mengiang di telinga. Suara ketika ibu menahannya pergi ke Jakarta.

Bayangan masa lalu tentang betapa cintanya sang ibu kepada Kiana kini tergambar jelas. Ibu menahannya bukan karena meragukan Kiana. Wanita itu hanya ingin mewariskan harta satu-satunya kepada putri tunggalnya, kebun teh. Tapi, tanggapan Kia berbeda. Ambisi sudah mendobrak segala keraguannya. Ia mati-matian membuktikan kepada ibunya, ia bisa mencari uang lewat menulis. Namun, setelah itu terbuktikan, gadis itu malah lupa ke mana ia harus pulang. Memaksa lupa akan ibunya. Akan masa lalunya, juga rumahnya.

Hatinya mencelos. Ada sesuatu yang hangat mengalir di kalbu gadis mungil itu. Kia tidak ingin memungkiri lagi. Sekarang ia tahu perasaan apa itu. Rindu. Tak salah lagi. Ia rindu ibu.
Kia beranjak dari tempat duduknya. Tak peduli wajahnya dan rambutnya acak-acakkan. Yang ia mau kini cuma mengejar Panji. Meminta lelaki itu menemaninya pulang ke rumah ibunya. Berterima kasih kepada Panji karena telah meneruskan novelnya yang ternyata belum selesai.

Setelah membayar ke kasir, ia segera bergegas membuka pintu kaca. Tak mempedulikan gerimis yang masih berderai. Ia berlari menuju parkiran, berharap Panji masih di sana.

Deretan mobil ia lewati. Satu, dua, tiga
Panji masih di sana! Lelaki itu sedang akan masuk ke dalam mobilnya.
Panji.
Panji menoleh. Lelaki itu menatap tak percaya, Kia mengejarnya.

Panji, kamu benar. Ombak selalu tahu ke mana harus pulang. Aku ini penulis yang lupa, menasihati orang tapi lupa menasihati diri lewat tulisanku sendiri. suara Kia melembut. Mata sipitnya berkaca.
Panji mendekat. Ia menatap lembut sahabatnya.

Aku mau pulang, Panji. Aku mau menghadiahkan karya-karyaku untuk Ibu. Bukan cuma uang. Ibu harus mendapat cintaku lewat karya-karyaku.
Aku mau pulang, Panji. sambungnya.

Panji mengerlingkan senyumnya. Kelegaan kini menyelimuti kalbunya. Ia sungguh percaya, Kiana masih punya sisi lembut, masih punya cinta dan rindu untuk ibunya. Ia juga mengakui Kiana adalah seorang penulis hebat, mampu menghipnotis banyak orang. Hanya saja gadis itu lupa menerapi diri sendiri. Namun, kini gadis itu berhasil mencairkan hatinya lewat tulisannya sendiri. Panji sungguh bersyukur. Tugasnya selesai, mengantarkan Kiana pulang ke pelukan ibundanya.

Ibu, aku mau pulang. Ke pelukanmu yang paling aman.

Ibu, kini aku mengerti tulisanku sendiri. Hidup memang mesti dinamis, seperti ombak. Tapi tak hanya itu, aku tidak boleh lupa akan rumah untuk pulang. Aku tidak boleh melupakan orang-orang yang mencintaiku setelah mimpi-mimpiku tergapai. Aku tidak boleh bersembunyi dari masa lalu. Meski itu kelam. Sebab jika tidak ada masa lalu tidak akan ada masa kini. Dan jika tanpa engkau, ibu, aku tidak akan pernah sampai di titik ini, tidak akan berambisi menantang kejamnya dunia juga menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya.

Ibu, aku ingin pulang…

Seminar Pra Nikah (Plus) Islamic Parenting

IMG-20151030-WA0001 (1)
“Jodoh dunia akhirat namamu rahasia tapi kau ada di masa depan ku…”
(Jodoh Dunia Akhirat – Kang Abay)
Bismillahhirrohmanirrohim
Kamu yg lagi menanti?
Kamu yg sedang mengikhlaskan?
Atau kamu yg sedang berbahagia dengan kekasih halal?
LDF FORSIA FEMA IPB
Proudly Present :
SEMINAR PRA NIKAH (Plus) ISLAMIC PARENTING
Sabtu, 14 Nov 2015
07.00 – 12.00 WIB
Auditorium Andi Hakim Nasution IPB
Tiket :
Paket IPB
Single : 40K
Paket halal (2 org) : 70K
Paket Samawa (5 org) : 170K
Paket UMUM
Single : 50K
Paket halal (2 org) : 90K
Paket Samawa (5 org) : 220K
Pendaftaran dan pembayaran : 29 Okt-11 Nov 2015
Fasilitas : Seminar Kit, Snack, Sertifikat, Ilmu Bermanfaat dunia akhirat, Hiburan
Siapakah pembicaranya?
Sesi 1 : JOMBLO SAMPAI HALAL
Moderator : Husna Humairah Nurfauziah (Pemenang Muslimah Ambassador 2015)
Kang Abay (Motivasinger, Penulis lagu)
Azka LZ Azra, SP, M.Si (Aktivis, pegiat komunitas Inovasia)
Sesi 2: ISLAMIC PARENTING
Moderator : Gugi Yogaswara, ST (Ketua BEM Fateta 2011-2012)
Saleha Juliandi, M.Si (Author Pendidikan Anak ala Jepang)
Dr. Agr. Eni Palupi, STP, M.Sc (Dosen Gizi Masyarakat IPB)
Wahh kece kan materi dan pematerinya?
Makannya yuk daftar
Caranya :
Nama_IPB/Umum_Institusi_Paket_No.hp kirim ke : 085746531642 (Fitri Dwi Prastyanti)
Untuk yg IPB, bisa langsung datang ke stand kami di Koridor Fema IPB utk pengambilan tiket setelah konfirmasi pendaftaran ya ?
Nah buat umum, silahkan transfer uang pembayaran ke No. Rek BNI atas nama Meliasari 0303756757. Jika telah mentransfer uang pembayaran, silahkan konfirmasi ke 085746531642 (Fitri Dwi Prastyanti)
Tunggu apa lagi guys, ayo segera daftar. Kursi terbatas lohh, sayang banget kalo kamu ngelewatin ilmu-ilmu yg akan kamu dapetin di sini
SPNIP2015
Forsia36
Kemuslimahan36
KabinetElFatih
CP :
Ikhwan : 089638797512 (Gerry)
Akhwat : 085758473958 (Eka PS)
Wassalammualaikum wr.wb

Kenapa Buku yang Anda Tulis Tidak Laku?

mini gathering quanta-elexmedia
Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan undangan dari Quanta-Elexmedia Komputindo dalam acara mini gathering. Acara yang selalu saya tunggu-tunggu, karena bisa berkumpul bareng dengan para penulis dan editor. Berkumpul bersama mereka bagai menelan bubuk mesiu yang bisa meledakkan semangat. Hehe.. 🙂
Selain mendapatkan ledakan semangat, di acara super keren itu, kami juga mendapatkan banyak sekali ilmu. Khusus di mini gathering kali itu, kami mendapatkan ilmu menjual buku. Asyik, kan… :).
Nah, agar ilmu yang saya peroleh di acara tersebut lebih bermanfaat, saya akan membagikannya kepada teman-teman semua. Saya juga akan menyisipkan beberapa pengalaman berbisnis buku yang telah kami geluti selama 3 tahun ini.
Buku merupakan produk dari seorang penulis. Agar opini yang penulis tuangkan ke dalam tulisan bisa sampai kepada masyarakat, maka buku harus dibaca oleh masyarakat. Semakin banyak buku tersebut dibaca oleh masyarakat, maka semakin tersebar pula opini si penulis kepada masyarakat. Sehingga, semakin besar kemungkinan si penulis mempengaruhi masyarakat. Agar hal tersebut dapat tercapai, maka penulis harus bisa menjual bukunya sebanyak mungkin. Kecuali jika si penulis akan membagikan buku-bukunya secara gratis kepada seluruh masyarakat 🙂
Dalam menjual buku, ada beberapa “pintu” yang paling umum dilakukan oleh penulis, yaitu melalui toko buku, toko online, dan melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar.
Khusus penjualan buku melalui toko buku, dibahas mendetail di acara mini gathering tersebut oleh Pak Yoyok dari Gramedia Matraman. Jika Anda menerbitkan buku secara mayor, berikut perlakuan buku Anda di toko buku:
Tahap pertama adalah penerimaan. Pada tahap ini, buku Anda yang beroplah sekitar 2.000 eksemplar diterima oleh toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap toko mendapatkan sekitar 10 – 30 eksemplar, tergantung PO (permintaan) toko.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Yoyok juga mengatakan bahwa toko menerima setidaknya 2.500 – 2.600 JUDUL BARU setiap bulannya! Wow…jumlah yang fantastis. Dan dari hasil pengamatan terhadap arus buku yang masuk, jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah.
Di satu sisi saya bangga dengan meningkatnya jumlah buku yang dihasilkan oleh para penulis. Meningkatnya jumlah buku yang diproduksi, menunjukkan semakin meningkatnya permintaan buku oleh masyarakat. Sehingga, bisa diasumsikan bahwa minat baca masyarakat Indonesia juga mengalami peningkatan. Namun di sini lain, dengan semakin banyaknya jumlah buku dan penulis, menjadi tantangan besar bagi setiap penulis agar tetap eksis dan bisa bersaing di pasar yang sangat ketat. Tips untuk para penulis dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, akan saya jelaskan lebih detil di bawah.
Tahap kedua adalah memajang (men-display) buku Anda di rak-rak toko. Khusus buku baru, akan diletakkan di floor, yaitu meja yang di lantai. Biasanya meja ini berada di dekat pintu masuk sehingga dapat dilihat oleh pengunjung. Setelah dipajang di floor, buku akan dipindahkan ke rak-rak berdasarkan kategori atau rak biasa. Namun harus diingat juga, bahwa tidak semua buku akan dipajang di floor. Hanya buku yang dinilai potensial saja, yang akan dipajang di floor. Buku yang dinilai kurang potensial akan langsung diletakkan di rak biasa berdasarkan kategori genre buku.
Mengenai display (rak) toko ini, ada sedikit rahasia yang akan saya bagikan di bawah. So, terus baca hingga tuntas tulisan ini.
Tahap ketiga adalah Retur, yaitu apabila penjualan buku Anda di toko menunjukkan pergerakan yang lambat (slow moving), yaitu penjualan biasa-biasa saja, stagnan atau bahkan buruk, maka dalam waktu sekitar 2-6 bulan, buku Anda akan diretur (dikembalikan) ke penerbit. Ingat kan, pada paragraf sebelumnya sudah saya sebutkan bahwa ada 2.500-2.600 JUDUL BARU masuk ke toko setiap bulannya. Sementara, jumlah rak buku tetap, tidak bertambah. Sehingga, jika buku Anda kurang prospektif, maka akan segera digusur dari rak.
Sadis, ya. Lama nulisnya, puyeng nulisnya, lama nemuin penerbit mayornya, dan lama nunggu terbitnya, akhirnya diretur hehe… Yah itulah bisnis. Pada akhirnya, mau gak mau keuntungan materilah yang menjadi pertimbangan. Apabila buku Anda tidak dapat lagi memberikan keuntungan yang baik untuk toko, maka toko terpaksa harus meretur buku Anda ke penerbit. Wajar dong ya, karena semua pebisnis termasuk toko harus terus melangsungkan hidup dan terus menggaji para karyawan mereka.
Jadi jangan heran jika royalti yang Anda terima sedikit, meskipun buku Anda sudah “habis” di toko. Hal tersebut bukan karena buku Anda habis laku terjual, tapi habis diretur.
Tahap lainnya adalah Repeat, yaitu apabila stok buku di toko habis, sementara track record penjualan buku Anda dinilai masih bagus, maka toko akan melakukan Repeat Order (RO) kepada penerbit.
Namun, biasanya tidak semua penerbit memenuhi RO dari toko. Sebagian penerbit akan memenuhi RO, tapi sebagian penerbit memutuskan tidak memenuhi RO karena berbagai pertimbangan. Sebagai contoh adalah buku Pendidikan Anak Ala Jepang yang kami terbitkan. Banyak toko yang mengajukan RO kepada kami karena stok buku di toko sudah habis sementara track record penjualan buku tersebut masih sangat bagus. Kami memang memutuskan untuk tidak memenuhi RO toko karena pertimbangan keuntungan yang (jujur) jauh lebih kecil ketimbang penjualan yang kami himpun melalui penjualan online dan melalui Agen (Dropship). Melalui survei yang kami lakukan kepada konsumen, umumnya mereka juga lebih senang jika bukunya diantar ke rumah langsung ketimbang mereka harus pergi ke toko.
Sehingga, jika Anda mencari buku Pendidikan Anak Ala Jepang di toko buku, mungkin sudah mulai sulit menemukannya. Bukan karena habis diretur, tapi habis terjual. Sementara, RO toko belum ingin kami penuhi.
Jadi buat Anda penulis buku, tidak perlu risau juga jika buku Anda tidak ditemukan lagi di toko. Bukan berarti buku Anda habis diretur, tapi bisa jadi memang buku Anda habis terjual sementara RO toko tidak dipenuhi oleh penerbit. Asalkan royalti Anda lancar dan besar, dari ‘pintu’ penjualan manapun, sama saja bukan? Opini Anda tetap tersebar luas dibaca oleh masyarakat dan kantong Anda pun tebal :). Jika Anda mengalami hal serupa, tanyakan perihal tersebut kepada penerbit untuk meminta penjelasan mengenai status buku Anda.
Sampai sini kira-kira sudah dapat gambaran kan, bagaimana perlakuan buku Anda selama di toko buku.
Nah, sekarang giliran saya bertanya kepada Anda. Jangan meneruskan membaca sebelum menjawab pertanyaan saya, ya 🙂
Berikut pertanyaannya:
“Apakah buku yang LEBIH LARIS pasti LEBIH BAGUS dibandingkan buku yang KURANG LARIS?”
Setelah Anda menjawab, silakan lihat gambar di bawah ini:
Slide Presentasi
Yap, buku yang lebih laris BELUM TENTU lebih bagus ketimbang buku yang kurang laris.
Kenapa?
Berikut penjelasan yang saya dapatkan dari mini gathering dan pengalaman kami selama ini.
Penulis adalah KUNCI dari penjualan buku. Penulis tidak hanya harus bisa menulis. Tapi juga harus bisa MENJUAL bukunya.
Menjual yang dimaksud di sini bukan berarti melulu dengan berkoar-koar menyebutkan buku yang Anda tulis serta harganya. Tapi termasuk usaha Anda dalam membranding diri. Semakin brand diri Anda dikenal masyarakat, semakin besar masyarakat mengenal produk Anda dan tertarik membeli buku Anda.
Selain itu adalah istiqomah, yaitu terus menulis tanpa lelah. Jangan baru satu buku, gak laku, lalu malu :). Teruslah menulis, karena Anda akan dikenal sebagai penulis jika Anda terus menulis.
Langkah lain adalah bentuklah ikatan emosional dengan (calon) pembaca buku Anda. Sehingga, mereka “menyukai” dan “membutuhkan” Anda. Ikatan emosional ini bisa Anda rintis dengan berbagai cara, antara lain bisa melalui komunitas yang Anda bangun atau melalui informasi-informasi bermanfaat yang Anda bagikan kepada mereka. Pilihlah informasi-informasi yang berkaitan dengan segmen buku Anda.
Tips lain adalah sering-seringlah mengadakan kegiatan yang melibatkan brand atau buku Anda, seperti seminar, bedah buku, atau aktivitas lainnya. Anda bisa mengadakan kegiatan tersebut secara mandiri atau bisa juga melibatkan penerbit atau lembaga lain.
Selain keempat tips di atas, tentu tulislah buku yang menarik, unik, dan sajikan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya di buku lain. Tidak hanya para scientist dan pengusaha aja loh yang dituntut harus inovatif. Tapi semua orang yang “menjual”, termasuk penulis juga harus bisa inovatif! 🙂
Nah, tentang rahasia display (rak) toko yang di atas saya janjikan akan saya ulas, akan saya ulas pada beberapa paragraf di bawah ini.
Letak rak memang cukup mempengaruhi penjualan buku Anda. Letak yang strategis, tentu akan memancing penjualan yang lebih besar terhadap buku Anda. Berbeda dengan buku-buku yang terletak di rak biasa. Apalagi kalau rak itu berada di pojokan, pula. Kalau pengunjung toko bukan orang yang suka blusukan, dijamin buku Anda tidak akan tersentuh pembeli.
Nah, jika Anda memiliki dana yang cukup, Anda bisa menyewa rak di bagian depan untuk buku Anda sehingga buku Anda dapat dengan mudah dilihat dan ditemukan oleh pengunjung toko. Bahkan, Anda bisa menyewa neon box khusus untuk display buku Anda. Biaya sewa rak “spesial” tersebut berbeda-beda setiap toko, sekitar 1-2 juta per 2 minggu. Semakin potensial toko, biasanya semakin mahal biaya sewa raknya.
Bukan hanya sewa rak “spesial” yang bisa Anda manfaatkan dari toko untuk buku Anda. Anda juga dapat menghubungi pihak toko untuk menyelenggarakan bedah buku, seminar, atau kegiatan apapun untuk buku Anda. Tapi, tentu juga diperlukan syarat khusus dan biaya. Biasanya, untuk bedah buku/seminar, hanya penulis-penulis yang dijamin bisa menghadirkan peserta dalam acara tersebut, yang akan di-ACC permohonannya. Lucu dong ya, kalau pihak toko sudah menyiapkan acara tapi ternyata peserta seminar/bedah buku yang hadir segelintir atau bahkan tidak ada. Pasti tidak enak banget bagi penulisnya sendiri maupun tidak enak juga bagi pihak toko. Selain syarat tersebut, sejumlah biaya tertentu juga diperlukan. Karena toko biasanya harus menyiapkan kursi, sound system, spanduk, dan area khusus untuk acara yang biasanya menyebabkan penurunan penjualan buku lain yang terdisplay di sekitar area tersebut. Biaya pengadaan seminar/bedah buku ini, bisa Anda tanyakan langsung ke toko-toko terkait.
Demikianlah beberapa tips untuk penulis dalam menjual buku agar laris di pasar. Sekali lagi saya katakan bahwa PENULIS adalah KUNCI kesuksesan penjualan buku. Penerbit hanya bisa membantu memfasilitasi penulis. Jadi, jangan pernah memasrahkan penjualan buku Anda hanya kepada penerbit, apalagi menyalahkan penerbit jika buku Anda tidak laku. Setiap penerbit pasti ingin semua buku yang mereka terbitkan laku. Kalau buku Anda laku, penerbit juga akan semakin untung, kok. Mana ada pebisnis yang menolak keuntungan.
Semakin ketatnya persaingan di pasar, mulailah MENJUAL buku Anda semaksimal mungkin sekarang juga. Jangan hanya mengandalkan penjualan toko dimana rotasi buku Anda sangat dibatasi waktunya. Maksimalkan juga pemanfaatan media digital (online) untuk menjual buku Anda dengan tips-tips yang telah saya sampaikan di atas. Tips sukses lain dalam berjualan online bisa Anda baca di artikel yang pernah saya tulis di sini. Apabila Anda ingin mendapatkan pelatihan lebih mendalam dalam menulis hingga memasarkan buku Anda agar laris, bisa bergabung ke dalam Pelatihan Menulis.
Apabila Anda menilai artikel ini bermanfaat, bagikan dan teruskan. Semoga kebaikan terus menyebar bagai virus di negeri ini.

Tangan Kasar Akibat Cuci Piring: Mengganti Sabun Cuci Piring dengan Sabun Tangan, Sabun Mandi atau Shampo. Bisakah..?

sumber gambar: http://www.workingwonders.ca/
Sebagai mom and writerpreneur, keseharian saya disibukkan dengan urusan mengurus rumah, anak, menulis, hingga urusan bisnis. Karena sudah 2 bulan ini kami tidak memakai pembantu rumah tangga (PRT), sehingga semua urusan rumah kami lakukan bergotong-royong. Biasanya si sulung (1 SMP) mencuci dan menjemur pakaian. Anak ke-2, 3, dan 4 (4,5 – 6,5 tahun) membuang sampah dari dalam rumah ke tong sampah besar di depan rumah sebelum diambil oleh petugas kebersihan, menyiram tanaman, memberi makan ikan, mengisi toples2 air dan memasukkannya ke dalam kulkas. Suami melipat dan menyetrika baju. Sedangkan saya, menyapu, mengepel, memasak, dan mencuci piring.
Nah, untuk urusan cuci piring ini, saya paling enggak suka. Baru 2 bulan mencuci piring sendiri, tangan terasa panas dan kasar. Padahal yang saya gunakan adalah sabun cuci piring kategori mahal, hehe..
Kebetulan sekali kami bekerjasama dengan Elexmedia baru saja menerbitkan buku “Smart Mom in The Kitchen”, karya sahabat saya, Mbak Meilina Widyawati, Ph.D. Menurut buku tersebut dan hasil diskusi saya dengannya, berikut saya buat rangkumannya:
Sabun merupakan produk dari reaksi saponifikasi antara lemak/minyak dan senyawa alkali. Berdasarkan jenis alkali yang digunakan, dikenal 2 jenis sabun, yaitu ‘sabun keras’ & ‘sabun lunak’. ‘Sabun keras’, jika alkali yang digunakan adalah sodium hidroksida (NaOH). Sedangkan ‘sabun lunak’, jika alkali yang digunakan adalah potassium hidroksida (KOH). Contoh ‘sabun keras’ adalah sabun mandi batangan. Sedangkan ‘sabun lunak’ adalah sabun tangan cair, sabun mandi cair, atau shampoo. Kombinasi dari kadar NaOH & KOH yg digunakan akan menghasilkan sabun dengan tingkat kecairan yang bervariasi, misal sabun mandi bentuk gel.
Secara umum, sabun bersifat alkali. Dan sebagaimana sifat zat alkali yg bersifat iritan, sabun pun bisa mengiritasi kulit. Kulit kering dan panas adalah salah satu tanda iritasi akibat hilangnya kelembapan kulit. Sebab itu ke dalam sabun tangan/sabun mandi/shampo sering ditambahkan zat lain utk melembabkan dan sekaligus menurunkan tingkat alkalinitasnya.
Selain sabun yang kita bahas di atas, kita juga mengenal deterjen. Deterjen termasuk sabun sintetik. Jika sabun yang kita bahas sebelumnya terbuat dari lemak/minyak, maka deterjen terbuat dari senyawa-senyawa hidrokarbon rantai panjang yang merupakan senyawa-ssenyawa turunan (hasil pengolahan lanjut) dari minyak bumi, khususnya alkil sulfat/sulfonat.
Suatu deterjen, bisa terdiri dari satu campuran senyawa-senyawa Sodium Lauril Sulfat (SLS), Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) atau Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS). Senyawa-senyawa tersebut memiliki karakteristik sebagai surfactant (surface active agent) yang mirip dengan sabun dan merupakan komponen utama dari deterjen.
Secara fisik, deterjen bisa berupa serbuk atau cair. Contoh deterjen serbuk adalah deterjen untuk mencuci pakaian. Contoh deterjen cair adalah sabun cuci piring, walaupun tidak semua sabun cuci piring merupakan deterjen.
Dibandingkan sabun biasa, deterjen menghasilkan busa yang lebih melimpah. Selain itu, bahan aktif surfactant bersifat lebih mudah mengikat kotoran/lemak daripada sabun biasa. Ampuh membersihkan kotoran membandel di peralatan makan/alat dapur. Sebab alasan-alasan inilah, ‘sabun cuci piring’ yang beredar di pasaran umumnya berjenis deterjen.
Krn sifatnya yang mudah mengikat kotoran/lemak, senyawa-senyawa SLS/SLES/LAS pun sering ditambahkan ke dalam sabun tangan/sabun mandi/shampoo untuk meningkatkan daya bersihnya. Tentu saja, kadar SLS/SLES/LAS dalam sabun-sabun ini jauh lebih rendah daripada yg terkandung dalam ‘sabun cuci piring’ alias deterjen.
Namun dibalik daya bersihnya yang hebat, senyawa-senyawa SLS/SLES/LAS berpotensi mengiritasi kulit. Telapak tangan terasa panas atau gatal seperti yang saya alami setelah berulang memakai ‘sabun cuci piring’ adalah indikasi bahwa ‘sabun cuci piring’ yang saya gunakan telah mengiritasi. Meskipun, mungkin perlu dicatat bahwa ketahanan tiap orang tidak sama. Bagi orang lain, mungkin saja ‘sabun cuci piring’ yang saya gunakan tidak berefek sama.
Jika Anda mengalami hal yang sama dengan saya, berikut beberapa cara menyiasatinya:
1) Mengganti ‘sabun cuci piring’ dengan sabun yg tingkat alkali-nya lebih rendah, bisa dengan menggunakan sabun rendah sodium, atau memakai sabun pembersih jenis lain yang lebih lembut/lebih tidak alkali, misal sabun tangan, sabun mandi atau shampoo, dengan catatan:

a) Karena daya bersih sabun tangan/sabun mandi/shampoo lebih rendah daripada ‘sabun cuci piring’, mungkin diperlukan penyabunan berulang yang berakibat boros pemakaian.

b) Hanya gunakan untuk mencuci piring dengan tangan. Jangan gunakan sabun tangan/sabun mandi/shampo untuk pencucian dengan dishwasher.

c) Jika menggunakan sabun tangan/sabun mandi/shampo sebagai pengganti ‘sabun cuci piring’, tambahkan baking soda (jika perlu) untuk membersihkan lemak membandel (catatan: ‘sabun cuci piring’ atau deterjen biasanya sudah diberi tambahan anti lemak).

d) Pilih sabun tangan/sabun mandi/shampo yangg tidak mengandung cream moisturizer, supaya bersihnya di piring/alat dapur terasa kesat. Sabun badan atau shampo ber-conditioner mengandung moisturizer, sehingga kurang kesat digunakan.

e) Pilih yg bukan wangi bunga atau parfum, tapi wangi jeruk/sitrus yang segar.

Namun jika iritasi tangan tetap berlangsung setelah mengganti dengan sabun yang lebih lembut, kemungkinan besar disebabkan karena kulit tidak tahan terhadap alergen-alergen yang umumnya terkandung pada sabun ‘cuci piring’/ sabun tangan/sabun badan/shampo, yaitu:
– SLS (sodium lauril sulfat)
– SLES (sodium laureth sulfat)
– LAS (linear alkil sulfonat)
– alkohol & isopropril alkohol (senyawa glikol)
– pewangi sabun
– parrabean.
Solusinya adalah dengan menghindarkan tangan berkontak langsung dengan sabun (jenis apapun) yg mengandung zat-zat tersebut, yaitu bisa dilakukan dengan cara:
2) Mengganti dengan sabun yang tidak mengandung zat-zat alergen tersebut. Pilih sabun dari jenis “natural/organik” (karena zat-zat alergen tersebut merupakan zat sintetik hasil pengolahan minyak bumi).
3) Menggunakan pelindung tangan (misal: gloves karet) setiap kali mencuci piring dengan sabun pembersih.
Demikian kurang lebihnya.. Saya sudah 3 hari ini mengganti sabun cuci piring dengan shampo yang saya tambah baking soda saat membersihkan lemak/minyak membandel. Alhamdulillah, tangan kembali haluuus :).
Apabila Anda ingin mengetahui lebih lengkap tentang bahan-bahan berbahaya dan bermanfaat di dapur Anda, bisa mendapatkan buku Smart Mom in The Kitchen di sini
sumber gambar: http://www.workingwonders.ca/

6 Kesalahan dalam Menulis Buku dan Solusinya

Untuk menulis buku, ternyata modal semangat saja tidaklah cukup. Harus tahu ilmunya, biar proses penggarapannya bisa terarah, nyaman, dan cepat.
Sekarang, apakah Anda ingin menulis buku dengan baik dan benar? Lalu coba cek apakah Anda pernah melakukan enam kesalahan ini? Jika iya, segera cari tahu solusinya di tulisan berikut ini:
Kesalahan pertama adalah tidak merancang naskah atau konsep buku tidak dipikirkan sejak awal. Jadi langsung menulis saja sampai sepuasnya. Hasilnya, bahasan tulisan akan melebar dan tidak tahu akan berakhir pada pembahasan apa. Solusinya, tentukanlah outline terlebih dahulu. Buatlah kerangka tulisan, seperti daftar isi yang disertai pokok bahasan singkat setiap babnya.
Dari outline itu akan terlihat jelas batasan atau ruang lingkup pembahasan. Di sinilah Anda harus bisa lebih kreatif saat menyusun konsep bukunya. Bukan asal-asalan saja, asal nulis dan asal jadi. Pada tahapan ini juga, setidaknya kita sudah membaca beberapa buku setema sehingga bisa dijadikan rujukan sekaligus pembanding. Jangan sampai Anda mengulang-ulang bab/sub-bab (bahasan) yang sudah banyak dibahas di buku lain.
Jangan pernah beranggapan bahwa membuat outline hanya akan menghabiskan waktu Anda. Karena Anda akan memerlukannya kemudian untuk mempermudah pekerjaan Anda. Terlebih lagi, biasanya outline menjadi hal pertama yang akan dibaca oleh editor. Buatlah outline semenarik mungkin sehingga editor tertarik membaca naskah Anda. Apabila outline Anda tidak menarik, jangan berharap editor akan membaca naskah beratus-ratus lembar yang telah Anda kirimkan.
Kesalahan kedua, tidak fokus pada sasaran pembaca tertentu. Jadi saat merancang buku tidak ditentukan berbagai hal tentang pembaca sasarannya. Artinya buku tersebut seolah-olah bisa dibaca oleh semua usia. Padahal cara seperti itu akan berpengaruh pada minat baca dan gaya bahasa. Tentunya buku remaja dan buku dewasa akan berbeda gaya bahasa dan bobot materinya. Jika kita mencampur-aduk semuanya, maka yang terjadi justru buku tersebut akan menjadi tidak tepat sasaran dan terkesan “bimbang”.
Solusinya, tentukan terlebih dahulu apakah buku tersebut termasuk buku untuk anak-anak, untuk remaja, atau untuk dewasa. Klasifikasi usia pembaca tersebut akan lebih memudahkan kita untuk memilih diksi dan gaya bahasa. Terutama bobot materinya juga disesuaikan dengan sasaran pembaca. Selain itu juga memudahkan kita untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit yang sesuai dengan naskah tersebut.
Kesalahan ketiga, Anda tidak menguasai bidang keilmuan/materi yang ditulis. Hanya berbekal akses internet saja. Alhasil, yang terjadi justru hanya copy paste. Sama sekali tidak menulis, justru menyusun tulisan orang lain. Memang tidak masalah jika mau jujur dengan mencantumkan sumber atau referensinya (footnote). Hanya saja, buku yang dihasilkan hanya terkesan seperti kliping! Efeknya akan buruk sendiri untuk nama baik Anda. Biasanya pihak editor dari penerbit akan langsung menegur jika ada naskah yang hanya disusun dari tulisan di internet. Sebab hal itu bisa menyalahi hak cipta tulisan orang lain. Selain itu juga tidak melatih kita untuk benar-benar menulis dengan benar. Sekali lagi ingat, bahwa copy paste itu bukanlah bagian dari teknik menulis.
Solusinya, mulailah menulis dari bidang keilmuan yang benar-benar dikuasai. Sesuai dengan keilmuan yang dipelajari di sekolah/kampus atau sesuai pengalaman Anda. Seperti buku Pendidikan Anak Ala Jepang dan Best of Kyoto, saya tulis bukan karena saya memiliki background ilmu kesastraan Jepang. Melainkan karena saya memiliki pengalaman di bidang pendidikan dan traveling selama menetap di Jepang. Jika Anda menguasai terhadap apa yang Anda tulis, tentu Anda akan lancar menuliskannya, dan pembaca pun akan semakin percaya kalau Anda memang kompeten di bidang tersebut. Begitu juga penerbit akan yakin menerbitkan buku tersebut sebab ditulis oleh orang yang benar-benar paham ilmu tersebut.
Kesalahan keempat, tidak punya jadwal menulis. Lalu apa artinya jika sudah merancang outline, sudah tahu sasaran pembaca, sudah menguasai keilmuannya, tapi tidak konsisten dalam menulis? Ya pasti naskah buku tidak akan selesai dan bahkan Anda lupakan. Sayang sekali. Seakan-akan menggarap naskah buku adalah pekerjaan sampingan yang kapan saja bisa disentuh dan kapan saja bisa dilupakan. Kalau memang begitu, maka urungkan saja cita-cita menulis buku itu.
Solusinya, buatlah tabel waktu penggarapan yang jelas. Tentukan batas waktunya (jadwal). Tuliskan juga di tabel itu tanggal berapa setiap bab harus diselesaika. Dengan begitu, kita akan termotivasi untuk menggarap per babnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Lalu jangan lupa berikan hadiah tersendiri jika kita bisa menepati jadwal itu. Misalnya akan membeli bakso 3 mangkuk jika Anda bisa merampungkan 1 bab :D. Hadiah itu untuk memotivasi kita dan mengobati rasa lelah.
Kesalahan Kelima, menulis sekaligus mengedit. Ini kesalahan paling sering dilakukan oleh siapa pun yang baru pertama belajar menulis naskah. Yakni dalam satu waktu sedang menulis lalu melihat tulisan di atasnya dan mengeditnya. Sehingga tulisan selesainya lama sekali. Ada rasa cemas jika tidak melihat tulisan yang sudah dibuat. Padahal cara menulis seperti itu akan membuat Anda mudah lelah dan capek sendiri. Bahkan menulis 2 halaman saja memakan waktu sampai berjam-jam.
Solusinya, menulislah dengan cepat dan jangan pedulikan dulu kesalahan ketik atau ejaan. Biarkan proses menulis berjalan dengan alami. Nanti setelah tulisan selesai, baru Anda edit. Jadi antara aktivitas menulis dan edit itu adalah dua aktivitas yang berbeda. Misalkan hari ini menulis, lalu besok mengeditnya. Dengan begitu, kita tidak akan kehabisan banyak energi dan waktu. Lagipula, jangan terlalu merisaukan masalah editing ini. Selama tulisan Anda mudah dipahami, tidak alay, dan tidak terlalu banyak salah ketik, no problem. Editor bisa menerima dan mereka akan mengeditnya sebelum naskah Anda diterbitkan.
Kesalahan Keenam, menginginkan buku Anda banyak yang membaca, namun Anda malu atau bahkan tidak mengerti cara berjualan. Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda banyak dibaca orang (read: laku). Jangan mengandalkan penerbit untuk mempromosikan buku Anda. Tugas utama promosi adalah Anda sendiri selaku penulisnya. Buku Pendidikan Anak Ala Jepang merupakan produk yang bisa saya contohkan. Buku ini bahkan bisa terjual setidaknya 1000 kopi dalam sebulan melalui penjualan non-toko (penjualan di toko malah kalah dengan penjualan non-toko. Melalui fakta ini, saya sekaligus ingin menyadarkan kepada siapa saja yang masih meremehkan penerbitan indie dimana buku hanya dijual online/via sms).
Sekali lagi saya sampaikan, bahwa “Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda laku. Karena penjualan buku Anda sangat tergantung dari proses promosi penulisnya”. Tapi tentu juga ditambah konten yang menarik ya… Meskipun promosi gencar, tapi kalau konten hancur, ya sama saja 😀
Nah, proses marketing buku tidak harus Anda lakukan setelah buku terbit. Anda dapat melakukan marketing bahkan sebelum buku terbit dan justru teknik inilah yang terbaik dalam promosi Anda. Siapkan pasar Anda sebelum buku Anda terbit. Baca selengkapnya tips marketing online buku Anda di artikel Strategi Pemasaran Online untuk Produk Anda
Apakah sekarang Anda sudah tahu letak kesalahan dalam menulis naskah buku dan tahu solusinya? Maka segera perbaiki cara Anda dalam menggarap naskah buku. Selamat berkarya!

Unforgetable Gift

Sedikit berbeda dengan kebanyakan masyarakat kita, orang Jepang biasa memberikan hadiah kenang-kenangan berupa sesuatu yang mereka buat sendiri. Seperti syal yang mereka buat sendiri, boneka yang mereka buat sendiri, hingga album foto yang sangat cantik buatan sendiri, yang berisi foto-foto kebersamaan mereka.
Selain kenang-kenangan buatan sendiri, mereka juga biasa memberikan kenang-kenangan berupa benih tanaman. Benih tersebut berasal dari hasil bercocok tanam yang mereka lakukan beberapa bulan/tahun sebelumnya. Orang yang akan pindah kemudian menanam benih tersebut di tempat barunya.
Di sekolah Jepang anak saya dulu, pada akhir tahun ajaran sekolah, murid-murid yang lulus menghadiahkan bibit tanaman kepada adik-adik kelas. Bibit-bibit tersebut dirawat oleh adik-adik kelas di sekolah saat jam istirahat. Begitu pun saat adik kelas tersebut nanti lulus sekolah. Mereka akan menghadiahkan bibit tanaman kepada adik-adik kelasnya. Sehingga, kenangan tak hanya sekedar menjadi kenangan. Namun menjadi kenangan yang juga memotivasi anak lain produktif dan kreatif.
Foto di bawah adalah foto tanaman 朝顔 Asagao. Dulu sahabat Jepang-nya Si Sulung memberikan benih tanaman tersebut kepadanya sebagai kenang-kenangan sebelum kami pulang ke Indonesia. Walaupun lebar daunnya tak bisa selebar saat ditanam di Jepang, tapi pagi ini kami dapati bunga pertama mekar dari tanaman tersebut di halaman rumah kami
Tanaman tersebut benar-benar menjadi unforgetable gift baginya. Dia menyiram dan merawatnya setiap hari. Sehingga, kenangan bersama sahabatnya itu pun hadir setiap hari.
Tanaman Asagao