Tag: empati

Status Facebook 21 Mei 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:



Mungkin karena sudah 38 tahun (heading to 40yo😅), tulang kadang tidak mau diajak kompromi. Biasanya bersepeda rutin setiap pagi tidak masalah, sekarang menjadi bermasalah di persendian lutut.
Akhirnya beberapa hari yg lalu saya putuskan ke dokter orthopedi. Saya pikir karena mereservasi malam hari, antrian makin sepi. Ternyata tidak. Antrian tetap saja masih banyak.
Dengan kaki yang terasa ngilu, saya tidak kuat berdiri lama dan mencoba mencari-cari kursi kosong untuk duduk. Akhirnya mata saya tertuju pada kursi yang setengah kosong. Saya sebut “setengah kosong” karena ada seorang pasien (pengantar pasien?) yang duduknya memenuhi 2 kursi. Bukan karena badannya gemuk sehingga memenuhi 2 kursi, tapi karena posisi duduknya di tengah-tengah antara 2 kursi. Posisi badannya juga miring dengan kaki melebar sehingga nyaris memenuhi 2 kursi sekaligus.
Saya mendekati kursi tersebut dengan langkah kaki pincang. Saya pikir dengan sendirinya orang tersebut akan menggeserkan duduknya dengan cepat. Tapi ternyata tidak. Posisinya tidak geser sedikit pun. Akhirnya saya duduk nyempil, terasa pan*at hanya menempel di pinggiran kursi. Sementara orang tersebut, cuek tidak peduli atau tidak sadar (?)😁.
Saya tidak menganggap orang lain buruk sementara saya sempurna. Ini hanya menjadi pengingat buat saya sendiri dan kita semua, bahwa banyak sekali hal-hal kecil yang kita lakukan dalam kehidupan, seringkali tidak kita sadari telah merugikan dan menyusahkan orang lain. Sementara kita merasa sudah menjadi orang yang paling benar dan suci.
Saya ingat prinsip Jepang tentang meiwakushinai (迷惑しない), yaitu prinsip memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Kalau belum bisa memberikan manfaat baik untuk orang lain, setidaknya kita tidak menyusahkan yang lainnya. Ini sangat terlihat dari perilaku2 orang jepang dalam hal-hal sepele, salah satu contohnya adalah selalu melap tangan dan cipratan air di washtafle umum setelah mencuci tangan sehingga air tidak membasahi lantai dan menyebabkan orang lain terpleset.
Prinsip “meiwakushinai” tersebut sebenarnya sangat islami (agamis). Dan sepertinya kita harus banyak2 instrospeksi diri. Sudahkah kita menjadi pribadi yang benar2 islami (agamis)?
-Saleha Juliandi-
—–
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahan bersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.