Tag: artikel

Status Facebook 24 September 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https:


~Flying with Garuda Indonesia~


Berbeda dengan TUR EDUKASI JEPANG periode Februari 2017 yang terbang bersama All Nippon Airways (ANA Airlines), tur periode November 2017 kami akan terbang bersama Garuda Indonesia – dengan perjalanan DIRECT (tanpa transit). Selama terbang peserta juga mendapatkan snack serta makan berat yang lezat.. (kalau masalah kelezatan ini, saya baru mendapat ceritanya dari suami yang sudah beberapa kali naik Garuda ke luar negeri).
Seperti yang pernah saya posting pada postingan sebelumnya tentang Penginapan, di sini pun saya ingin sampaikan lagi bahwa prinsip kami dalam berbisnis tidak ingin menjanjikan yang muluk-muluk di awal kepada pembeli. Mending bicara yang terburuk (seadanya), daripada menjanjikan muluk-muluk tapi hasilnya buruk (ala kadarnya).
Termasuk mengenai pesawat. Sejak awal kami juga tidak pernah menjanjikan kepada Pembeli Paket Tur tentang pesawat DIRECT yang harganya 2x lipat lebih mahal dari penerbangan dengan transit.
Dengan ikhtiar dan doa maksimal yang kami tempuh, alhamdulillah kami bisa memberikan pesawat TOP INDONESIA secara DIRECT seharga 12 juta walau budget yang disetorkan peserta kepada kami hanya 5 juta.
Profil Garuda Indonesia pun sangat baik. Maskapai Indonesia ini mendapat berbagai penghargaan internasional dari Skytrax berupa Worlds Best Cabin crew 2017, Worlds Top Ten Airlines 2017, dan Worlds Best Economy Class.
Kepuasan kami bukan lah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, tapi mencari kepuasan pelanggan sebaik-baiknya. Jadi jangan ditanya berapa keuntungan (laba) yang kami peroleh dari usaha tur ini. Karena jawabannya “tidak sebesar agen-agen wisata lain”😊. Yang penting alhamdulillah bisa barokah.
Tolak ukur terhadap keberhasilan kami bukan lah banyaknya laba, melainkan kepuasan pelanggan. Kebarokahan itu datang atas ijin Allah. Dan ijin Allah tersebut ada jika kita tidak merugikan orang lain. Tidak menyusahkan orang lain.
—-
Saat akan meninggalkan Jepang setelah 6 tahun menetap di sana bersama keluarga, saat itu saya berurai air mata. Dalam hati bertanya-tanya, “Bisa gak yah suatu saat aku ke sini lagi.” Jepang sudah seperti negara kedua bagi saya. Terlalu banyak kenangan indah dan buruk di negara tersebut. Jadi, kembali ke Jepang seperti kembali ke kampung halaman.
Tapi, waktu itu saya pasrah dan hanya bisa berharap ada keajaiban dari Allah (mengingat suami seorang PNS dengan 4 anak. Tahu sendiri kan gaji PNS berapa hehe…. Kayaknya untuk membiayai istri ke Jepang suami harus pikir-pikir dalam dan nabung berbulan-bulan atau bertahun-tahun ?? Hehe😊).
Sekali lagi alhamdulillah, TUR EDUKASI JEPANG periode November 2017 nanti insyaaAllah menjadi kedua kalinya saya mengunjungi Jepang tanpa biaya dari suami. Bahkan bisa dikatakan gratis🌸. Keajaiban Allah itu ada, kalau kita berusaha.
Info TUR dan Reseller:
(SMS/WA): 085-771-860-444 (Laily) atau 085-771-673-538 (Deka Amalia Ridwan– Writing Travel)

Status Facebook 16 Oktober 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi: https://goo.gl/DFwVuY


Obrolan menarik saya dengan si sulung (3 SMP).
Sulung: “Bunda, beda banget ya temen-temenku di Indonesia dengan temen-temen di Jepang.”
Saya: “Beda bagaimana?”
Sulung: “Kalau temen2 di Indonesia pada males-males. Ngerjain piket harian aja banyak yang menghindar. Padahal cuma seminggu sekali dan cuma piket nyapu kelas. Gimana kalau piketnya setiap hari dan disuruh ngosek WC dan nyikat kolam renang kayak di sekolah Jepang ya.”
Saya: “Lha Mbak Jasmine sendiri gimana? males gak?”
Sulung: “Ya kadang jadi ketularan males sih. Habis banyak yang lempar tanggung jawab jadi aku sendiri yang ngerjain. Dulu pas di Jepang temen2 pada semangat banget ngerjain piket walau piketnya berat-berat. Guru (sensei)ku di Jepang nyuruh kerja baktinya pinter banget. Contohnya waktu itu kan masuk musim panas. Jadi murid-murid harus gotong royong bersihin kolam renang yang segede gaban ukurannya karena mau dipakai untuk kegiatan renang musim panas. Trus banyak temen2 pada bilang ‘iyada.. oki kara taihen da (gak mau…susah ya besar banget kolam renangnya)’. Trus tanggapan sensei begini, ‘wah kamu belum tahu sih rasanya bersihin kolam renang. Seru tahu! Kamu bisa bersihin sambil main seluncuran! Pasti nyesel deh kalau kamu gak mau bersihin kolam renang.’ Wah trus aku dan temen2 langsung berubah pada semangat banget. Dan memang seru. Kita bersihin kolam renang sambil main seluncuran. Sensei juga ikut bersihin kolam renang sambil ngawasin kita-kita. Sama waktu piket ngepel lantai (ngepelnya pakai tangan dan sambil nungging loh bun, bukan ngepel berdiri pakai gagang pel). Sensei bilang begini, ‘ngepel lantai itu seru. Kamu bisa sambil main balap-balapan sama temenmu’. Dan emang seru dan bikin kita semua semangat😊.”
Saya: oo gitu ya wah pantes anak2 Jepang kelihatan rajin-rajin banget. Ternyata gurunya pintar dalam memberikan tugas. Makasih Mbak Jasmine, bunda sharing ceritanya ke teman-teman Bunda, yah😘
(Lagi2, saya banyak belajar dari anak😊)
===
Reminder untuk kita semua (termasuk saya):
Meminta anak mengerjakan tugas berat memerlukan trik cerdas. Siapa sih yang doyan sama tugas berat. Kita yang sudah dewasa saja males kan mengerjakan tugas berat?😄. “PILIHAN KALIMAT” sangat berperan besar dalam memotivasi anak agar giat menyelesaikan tugas dengan sukarela tanpa paksaan dan ancaman. Ternyata yang salah itu bukan anaknya. Tapi cara kita (orangtua/guru) yang tidak pandai meminta anak untuk mengerjakan tugas.
(CatatanSaleha Juliandi,www.salehajuliandi.com)
===
Foto: ukuran kolam renang segede gaban yang dimiliki semua SD di Jepang. Sebesar itu, dibersihkan oleh tangan-tangan mungil anak SD. Tanpa andil petugas cleaning service. Foto diambil darihttps://lifesimplycrafted.com/tag/swimming/.

Tips Bersahabat dengan Anak

IMG_1985Dalam setiap tahap perkembangan, pola pengasuhan anak memiliki cara penerapan yang berbeda. Pola pengasuhan dengan cara bersahabat dengan anak merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan orangtua dalam pendidikan anak. Pola seperti ini memang lebih tepat diterapkan ketika anak sudah menginjak usia remaja. Terlebih dengan kondisi pergaulan saat ini, yang membuat psikis remaja lebih labil, sehingga selain membutuhkan teladan, anak juga membutuhkan sosok sahabat yang bisa menjadi partner sehingga ia merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya. Berikut tips bagi Ayah-Bunda yang masih kesulitan untuk berteman dengan anak:

  • Menjadi pendengar yang baik
    Jangan interupsi ketika mereka sedang menyampaikan sesuatu. Duduk dan dengarkan dengan tenang keseluruhan cerita meskipun kadang cara berpikir anak sering tidak masuk akal dan tidak sejalan dengan cara berpikir orang dewasa. Paling tidak, tunjukkan sikap menghargai. Berikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan tunjukkan bahwa kita bersedia mendengarkan. Setelah itu, barulah kita bahas dan sampaikan ide/ pendapat kita dan jadikan pembanding.
  • Memahami cara berpikir anak
    Anak-anak biasanya senang meniru, terlebih lagi bagi anak usia remaja. Remaja cenderung bersifat impulsif dan kerap meniru kelakuan orang yang menjadi idolanya. Orang tersebut bisa jadi adalah gurunya, teman, atau bahkan selebrititertentu. Kadang mereka hanya sebatas meniru tanpa memikirkan dampaknya. Cobalah pantau sejauh mana pengaruh idola itu pada diri mereka. Remaja yang punya kontrol diri baik dan tidak impulsif, akan lebih bijak dalam bersikap dan mengambil keputusan. Dengan komunikasi yang baik, orangtua juga bisa memahami cara berpikir anak.
  • Tidak bersikap otoriter
    Anak lebih menyenangi sosok sahabat yang senang mendukung dan mendengarkan. Bersikap menghakimi dan otoriter dalam menentukan harus begini atau begitu, hanya akan membuat anak-anak ragu mempercayakan permasalahannya kepada orangtua. Cobalah untuk tidak mengomentari dengan suara keras atau gayasoktahu. Remaja lebih sukacurhatpada teman karena merasa lebih nyaman.
  • Duduk dan berdiskusi dengan kepala dingin Jangan mengomel panjang lebar atau membentak mereka untuk suatu kekeliruan atau kesalahan. Cobalah selesaikan dengan hati dan kepala dingin. Menjadi sahabat bagi anak bukan berarti membuat mereka menjadi tidak hormat kepada kita sebagai orangtuanya, tapi lebih pada cara berkomunikasi. Anak akan lebih menghargai sikap orang tua apabila teguran disampaikan dengan cara yang lebih elegan. Dengan demikian orantua juga dapat melatih anak bagaimana seharusnya bersikap ketika mendiskusikan sebuah masalah.
  • Minta maaf apabila kita salah
    Setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Jangan malu mengakui kesalahan atau kekurangan diri. Jangan ragu untuk belajar kepada anak jika memang mereka memiliki ilmu yang belum kita miliki. Orangtua, harus selalu siap dikoreksi.
  • Buat peraturan yang bijak
    Tentukan peraturan yang disepakati bersama berikut konsekuensinya jika peraturan itu dilanggar. Hal ini untuk mendidik mereka agar disiplin dan menghargai keputusan bersama. Sebagai contoh sederhana dengan menerapkan tugas harian yang dibebankan setiap hari, seperti; menyiram bunga, merapikan rak buku, atau memberi makan binatang peliharaan. Disarankan agar seluruh anggota keluarga di rumah terlibat, sehingga peraturan dan konsekuensinya berlaku adil.
  • Luangkan waktu bersama anak
    Sisihkan just-you-and-me in time secara reguler untukupdate kegiatan mereka selama ini, dengan siapa mereka sekarang berteman, apa yang menjadi kegiatan utama di sekolah atau sekedar bertukar cerita tentang keseharian kita. Ini kesempatan untuk berbicara dari hati ke hati, hanya kita berdua. Perhatikanlah, meskipun kita selalu menghabiskan akhir minggu bersama keluarga, apakah Anda punya kesempatan duduk berdua saja dengan salah satu anak dan berbicara lebih intens? Mungkin tidak terpikirkan karena kita sibuk dengan urusan siang ini mau makan di mana, mau mampir ke mal mana, belanja apa, atau ke rumah nenek dan lain sebagainya.
  • Saya akan selalu mencintaimu
    Hal yang paling penting, yakinkan kepada mereka bahwa apapun yang terjadi, seburuk apapun mereka, kita akan selalu membuka tangan dan merangkulnya dengan hangat. Orangtua akan tetap sayang dan mengasihi anak-anaknya dengan sepenuh hati. Jika ada masalah, pulang ke rumah dan kembali ke pelukan orang tua adalah sikap yang paling bijaksana.

Sebagai sahabat, semestinya orangtua akan bisa menjadi teman yang menyenangkan buat anak, membantumenyelesaikan masalah, mengingatkan kalau berbuat salah atau hanya sekadar tempat menumpahkan keluh-kesah, bertukar pengalaman dan sebagainya. Adakalanya teman yang dipilihanak bukan teman yang baik, kadang malah menjerumuskan anak. Bersahabat dengan anak, membuatkita sebagai orangtua akan semakin mudah memahami sifat dan karakter anak, kekurangan dan kelebihannyaserta kebiasaan baik dan buruk anak. Dengan begitu kita bisa mengoptimalkan potensinya dan memperbaiki kekurangan anak. Bersahabat dengan anak juga akan meringankan orangtua karena biasanyaIa akan bercerita kepada kita tentang apa saja yang dialami.

Tips Menjadi Mompreneur

Istilah mompreneur pasti sudah tidak asing lagi bagi anda para pengusaha terkhususnya kaum Ibu. Mompreneur adalah istilah dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata, Mom yang berarti Ibu, dan preneur yang diambil dari kata Entrepreneur berarti wirausaha. Jika diartikan mompreneur berarti ibu yang berwirausaha.
Efek yang ditimbulkan oleh istilah inipun juga cukup besar. Efek ini lebih terasa daripada jika kita menggunakan istilah ibu-ibu penjual gorengan, ibu-ibu penjaga warung, ibu-ibu pembatik, atau ibu-ibu tukang cuci/laundry . Karena istilah demikian telah melekat pada pemikiran setiap orang, bahwa memang sudah menjadi fitrahnya seorang ibu bisa membuat gorengan, membatik, dan mencuci. Tetapi berbeda jika mereka dilekatkan dengan istilah mompreneur. Ada yang memandang bahwa seorang mompreneur layaknya wonder women yang mempunyai kekuatan super, karna tentu harus membagi waktu antara mengurusi keluarga dan bisnisnya. Terbayang kan, saat seorang ibu melayani pembeli di warungnya, sang anak merengek minta disuapi makan. Atau seorang ibu tukang laundry yang pelanggannya minta cucian diselesaikan segera, padahal masih ada segunung pekerjaan rumah tangga lain yang juga menanti untuk ditangani.
Tidak sedikit juga mompreneur yang patah semangat karena kewalahan menangani masalah serupa dan usaha yang dibangun kurang sukses. Sebenarnya masalah-masalah tersebut adalah masalah klise yang memang akan dialami seluruh pengusaha (baik bagi seorang ibu maupun bukan). Solusi-solusinya pun bisa kita temukan di berbagai buku entrepreneur, majalah, media sosial, maupun tulisan di blog. Beberapa solusi dan tips yang dapat kita pelajari adalah:

  1. Memulai usaha sesuai dengan passion.
    Memulai bisnis yang sedang happening memang memiliki peluang yang lebih besar untuk maju. Tetapi sekedar itu saja tidak cukup. Mengerjakan sesuatu yang Anda cintai tentunya akan membuat Anda bersemangat dan bergairah untuk memunculkan ide-ide kreatif usaha.
  1. Lakukan komunikasi yang baik dengan keluarga
    Hal ini penting, mengingat sang ibu harus membagi waktunya untuk mengurusi usaha. Namun keluarga tetap harus menjadi prioritas utama. Berikan pengertian kepada anak-anak dengan bahasa yang mudah dipahami bahwa ibu memerlukan waktu untuk mengerjakan hal lain. Jangan lupakan juga berbicara dengan pasangan, dan anggota keluarga lain yang mungkin tinggal di rumah, bahwa Anda memerlukan kesediaan anggota keluarga untuk bekerjasama agar bisnis/usaha dapat berjalan.
  1. Manajemen waktu dan skala prioritas.
    Bekerja memang penting, apalagi jika pilihan menjalankan usaha menjadi penopang perekonomian keluarga yang sangat membantu. Tetapi Anda tetap harus memastikan bahwa keluarga dan rumah telah selesai diurus sebelum Anda melayani pelanggan. Agar tidak berantakan, Anda harus memiliki manajemen waktu yang dibarengi prioritas. Walaupun bekerja di rumah, sebaiknya Anda mengatur jadwal tetap. Seperti jam berapa Anda akan memulai jam kerja sebagai mom dan jam berapa Anda menjadi seorang entrepreneur. Jika perlu catat di buku agenda harian, hal apa yang perlu Anda kerjakan menggunakan skala prioritas penting, sedang, dan tidak/kurang penting. But family always come first.
  1. Belajar dari kegagalan
    Setiap manusia yang berusaha pasti mengalami kegagalan. Jadikan kegagalan pelajaran, bukan sebagai alasan untuk berhenti menekuni usaha yang Anda lakukan. Tidak ada salahnya juga Anda catat kesalahan yang Anda lakukan (misal: kesalahan cara menjalankan SOP) beserta solusi apa yang harus Anda lakukan di masa mendatang.

Demikian sedikit tips yang bisa kami himpun. Selain tips-tips di atas Anda bisa belajar dari banyak mompreneur lainnya melalui forum-forum maupun seminar-seminar. Salah satunya Anda bisa mengikuti pelatihan online yang dikelola oleh ibu Saleha Juliandiyang telah menekuni dan terbilang sukses sebagai penulis dan mompreneur.

PMO ke-13
Program Pelatihan Menulis Online

Info mengenai PMO ini bisa Anda dapatkan melalui artikel “Be A Successful Writer”maupun pada “Be A Successfull Mompreneur”. PMO ke-13 akan dimulai pada bulan September 2016. Pendaftaran bisa dilakukan mulai sekarang dengan mengontak viaSMS/Whatsapp di 085-771-860-444 (Pena Nusantara), atau dapat juga via e-mail ke alamatpena.nusantara@yahoo.com.

Writers Block? Siapa Takut!

Pelatihan Online
Anda pasti sudah tak asing lagi dengan istilah writers block. Fenomena psikologis di mana seseorang merasa tidak mampu memulai atau meneruskan tulisannya secara sementara, itulah yang disebut writers block. Ketika Anda sudah di depan laptop atau komputer untuk menuangkan ide, tetapi jari Anda malah tersasar ke media sosial dan asyik chatting, tandanya Anda mengalami writers block.
Siapapun pernah mengalami writers block, tak terkecuali penulis besar sekalipun. Meskipun writers block diistilahkan sementara, tetapi bisa jadi maknanya berarti bulanan bahkan menjelma seperti penyakit menahun. Bukti nyatanya ialah Henry Roth, penulis novel Call It Sleep yang diterbitkan pada tahun 1943. Selang dalam waktu yang cukup lama tepatnya tahun 1979 novel keduanya yang berjudul Natures First Garden terbit. Roth membutuhkan 36 tahun! Mengapa bisa begitu? Tak lain karena Roth diserang writers block yang cukup parah. Namun, dalam kurun waktu 36 tahun tersebut, Roth berusaha bangkit dan menyingkirkan writers block akutnya itu.
Writers block ternyata bisa selama itu. Jangankan dalam waktu yang lama, terkadang writers block paling ringan saja sudah membuat kita putus asa bahkan berhenti menulis.
Lantas, bagaimana mengatasi fenomena menjengkelkan ini? Yuk, intip tips-tips yang mudah diterapkan berikut ini.

  1. Biasakanlah menulis hal yang Anda suka dengan cara Anda sendiri. Misalnya menulis peristiwa sehari-hari di blog atau buku harian Anda. Jangan jadikan proses menulis sebagai beban. Tulislah hal yang membuat Anda bahagia, atau membuat Anda merasa sembuh, ini akan membantu Anda melawan perlahan si writers block yang menjengkelkan. Siapa tahu peristiwa-peristiwa yang Anda alami bisa dijadikan sebuah cerita yang luar biasa.
  2. Segeralah tulis ide yang baru saja muncul. Misalnya Anda sedang tidak dalam kegiatan menulis, Anda bisa mencatatnya di note smartphone Anda agar tidak hilang di ingatan. Mungkin saja ide dadakan itu bisa menjadikan Anda sebagai penulis terkenal.
  3. Baca ulang buku kesukaan Anda. Karena dengan membaca, bisa memancing ide-ide baru, ataupun sekedar hanya menambah kosa kata baru yang masih jarang Anda gunakan.
  4. Menonton film bisa dijadikan alternatif. Anda bisa membuat review film tersebut di blog Anda. Cara yang satu ini bisa digunakan untuk melatih agar Anda terbiasa dengan menulis dengan diawali hal yang sederhana.
  5. Tirulah tulisan lain. Eit! Bukan asal meniru atau mencontek mentah-mentah. Melainkan Anda bisa meniru gaya bahasa, cara bercerita, ataupun mengadopsi tema yang bisa Anda kembangkan. Lama-kelamaan, jika Anda sudah terbiasa menulis, Anda akan menemukan gaya bahasa Anda sendiri.
  6. Carilah tempat yang membuat Anda nyaman dalam menulis. Misalnya Anda bosan menulis di kamar, Anda bisa pergi ke taman atau ke tempat yang Anda suka. Ini akan membantu Anda lebih fresh dalam menuangkan ide.
  7. Konsistenkan diri. Luangkan waktu untuk menulis meski itu hanya 15 menit dalam 1 hari. Menulis apa saja. Fiksi maupun non fiksi. Tapi, ingat. Saat Anda menulis, Anda harus memfokuskan diri. Jauhkan diri dari gadget yang membuat fokus Anda teralihkan. Karena mungkin saja writers block yang Anda alami hanyalah jelmaan dari sebuah rasa malas saja.
  8. Jika Anda suka berkompetisi, Anda bisa mengikuti lomba menulis yang tersebar di internet. Tentunya lomba menulis memiliki deadline. Dengan deadline, Anda akan terpacu untuk menyelesaikan tulisan dengan baik dalam kurun waktu tertentu.

Menulis memang membutuhkan kekonsistenan. Anda tidak akan bisa menyelesaikan tulisan jika bukan diri Anda sendiri yang memacu untuk menyelesaikannya. Menulislah yang Anda suka. Sehingga dengan demikian akan membuat Anda bahagia dan senang menulis. Ini akan memudahkan Anda dalam proses menulis.
Tips di atas bisa juga digunakan untuk menggali potensi menulis apa yang Anda punya atau genre tulisan apa yang cocok untuk Anda. Apabila Anda sudah menemukan genre yang cocok dan ingin memperdalam suatu genre tulisan, Anda bisa mengikuti kursus menulis offline maupun online. Dewasa ini, banyak tersebar kursus menulis online tanpa harus bertemu muka. Tentunya ini memudahkan Anda jika kebetulan berdomisili jauh dengan sang mentor. Salah satunya adalah Pelatihan Menulis Online yang dikelola oleh Ibu Saleha Juliandi. Anda akan dibimbing oleh para mentor berpengalaman. Selain murah, peserta mendapatkan fasilitas konsultasi tanpa batas dan jaminan pasti terbit.
Nah, bagaimana? Tips di atas mudah diterapkan bukan? Mari menulis! Jangan biarkan writers block menghalangi ide-ide cemerlang Anda.

Kepada Siapa Dulukah Sedekah Kita Berikan?

Ditulis oleh: Pristina (Mahasiswi Biologi IPB)

sumber gambar: santrigaul.net
sumber gambar: santrigaul.net

Ketika kebanyakan dari kita masih menganggap sedekah yang paling utama itu di kotak amal masjid. Ya kita tahu itu adalah amal jariyah yang tidak terputus bahkan setelah kita meninggal. Sedekah di masjid sebagian besar digunakan untuk pembangunan masjid, biaya oprasional masjid, bahkan beberapa masjid sudah menyediakan beasiswa bagi yang membutuhkan. Namun sedekah tidak sebatas itu, ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain itu juga sedekah.
Ketika kita berniat bersedekah kepada orang lain paling tidak kita akan sedikit berpikir dan belajar. Berpikir pantas tidak pemberian saya, apakah dengan pemberian ini akan membuat orang lain tersinggung meskipun niat kita baik. Kadang memberi tidak selalu dapat dinilai sebagai kebaikan. Seperti mungkin kita berniat baik ingin memberikan pakaian kita kepada orang lain, namun kita memberikan pakaian kita yang paling lusuh. Hal tersebut juga dapat menyinggung orang lain yang kita beri. Mungkin orang tersebut akan berpikiran serendah ini kah saya dipandang, sehingga hanya pakaian lusuh ini yang pantas saya kenakan. Bahkan ada yang berpendapat ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain, sesuatu tersebut sebelumnya telah kita gunakan terlebih dahulu dinilai kurang ikhlas. Meskipun keikhlasan itu hanya dapat dinilai oleh hati. Selain itu kita juga akan banyak belajar. Belajar tentang kehidupan orang tersebut, bagaimana cara membantunya, bantuan apa yang paling dibutuhkan dll.
Sedekah tidak hanya memberikan sesuatu kepada siapa saja, bahkan dalam Islam hal tersebut ada aturannya. Prioritas sedekah yang pertama adalah kepada orangtua. Orangtua disini tidak hanya orangtua kandung namun juga mertua. Sebelum kita bersedekah lebih jauh, mungkin kita bisa memerhatikan kehidupan orangtua kita terlebih dahulu. Masihkah kekurangan, apa yang bisa kita bantu untuknya. Sedekah kepada orangtua ini menjadi sangat utama bagi kita, wujud rasa bakti kita kepadanya. Hal yang perlu diingat jangan sampai kita bersedekah ke berbagai masjid, kepada orang lain tapi kita bahkan terlupakan kepada orangtua kita sendiri.
Ketika kita rasa orangtua kita telah hidup layak, mungkin kita berpikir tidak perlu bersedekah kepada orang tua. Hei… sedekah tidak hanya berupa materi, loh. Bukankah senyum yang tulus adalah sedekah? Bukankah bahasa tubuh yang baik adalah sedekah? Bukankah tatakrama atau sopan santun kita adalah sedekah? Orangtua kita mungkin tidak perlu materi dari kita namun dimasa tua, perhatian seorang anak sangat diperlukan oleh orang tua. Bahkan orang tua kita jauh lebih memerlukan senyum tulus, bahasa tubuh yang baik, sopan santun, tutur kata yang lemah lembut, perhatian, menjadi pendengar dan teman bercerita yang menyenangkan dibandingkan materi dari kita. Mungkin kita bisa memberikan materi yang banyak kepada orang tua, tapi memberinya dengan wajah cemberut, bahasa tubuhnya menandakan lelah bekerja, kata-katanya menyakitkan hati, hal tersebut justru menyinggung perasaan orang tua.
Beruntunglah orang-orang yang mengerti bahasa daerah. Seperti misalnya bahasa jawa yang mempunyai klasifikasi penggunaan kepada orang tua dengan bahasa yang lebih halus sebagai ungkapan rasa hormatnya. Kita bisa menggunakan bahasa tersebut kepada orang tua sehingga ketika berkomunikasi akan lebih terasa dekat, orang tua merasa dihargai dan tidak dinilai lupa terhadap apa yang diajarkan sejak kecil. Banyak anak muda yang sekarang bahkan tidak mengenal bahasa daerahnya. Padahal orang tua kita adalah generasi yang menjunjung tinggi bahasa daerah, mungkin juga lebih paham dengan bahasa daerah sehingga bahasa daerah ini akan lebih efektif digunakan kepada orang tua kita ketika berkomunikasi karena kadang ada suatu istilah yang susah mencari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Prioritas kedua adalah keluarga atau kerabat. Sebelum bersedekah kesana kemari terlalu jauh, kita bisa mengamati keluarga atau kerabat dekat kita. Selain bernilai sedekah pemberian kepada keluarga ini juga dapat meningkatkan silaturrahmi dan keakraban. Ketika dalam sebuah keluarga besar saling membantu sama lain sehingga saling rukun akan menciptakan banyak kebaikan-kebaikan lain yang dapat diteruskan. Tidak hanya berhenti pada keluarga ini. Rasanya kurang etis kalau bersedekah mencari yang jauh namun banyak kerabat dekat kita yang kekurangan.
Anak yatim dapat menjadi target sedekah kita selanjutnya. Sedekah pada golongan ini mempunyai dampak yang luar biasa. Misalnya saja seorang anak yatim yang tidak bisa bersekolah lalu kita membantunya untuk bersekolah. Mungkin hal kecil saja misalnya seorang anak yatim yang bisa bersekolah dengan keadaan pas-pasan tidak bisa membeli buku. Kita bisa membantu dengan buku-buku kita dahulu yang tidak digunakan atau syukur-syukur bisa memberikan buku baru untuknya. Dapatkah kita membayangkan betapa anak ini bersyukur dengan senyumnya yang begitu indah dan bersinar. Rasa syukurnya menjadikan ia lebih semangat dan rajin belajar, hal ini dapat mendongkrak prestasinya, memperbaiki kualitas keluarganya dan dalam jangka panjang anak ini akan membangun mata rantai kebaikan. Mungkin bukan kita nanti yang akan menerima kebaikan tersebut, namun ada anak-anak yatim lain bahkan lebih banyak yang mendapat dampak dari mata rantai ini. Sederhana bukan hanya bermodal sebuah buku kita bisa membangun mata rantai kebaikan.
Orang yang membutuhkan (kaum miskin) prioritas kita yang keempat. Kelompok ini juga berpeluang membangun rantai kebaikan. Misalnya kita bersedekah kepada bapak petugas kebersihan (tukang sampah atau pemulung) yang berpenghasilan rendah sekali sehingga tidak mencukupi kebutuhan keluarganya. Golongan ini kira-kira mempunyai pendapatan 25rb per hari sehingga hanya mampu menyediakan makanan nasi dan tempe. Ketika kita bersedekah keluarga ini bisa membeli daging dan buah untuk konsumsi sehingga dapat meningkatkan kualitas gizi dalam keluarga. Ketika kebutuhan gizinya tercukupi, peluang penyakit akan lebih rendah.
Golongan terakhir adalah orang yang dalam perjalanan, tentunya perjalanan dalam kebaikan. Orang yang dalam perjalanan panjang tanpa keluarga ketika terjadi sesuatu maka ia hanya bergantung pada Allah. Apabila ia menerima pertolongan rasa syukurnya luar biasa sehingga bisa menjadika golongan ini lebih yakin dengan pertolongan Allah. Mungkin pertolongan Allah diberikan melalui perantara kita. Ketika kita enggan memberikan pertolongan pada golongan ini artinya kita menahan hak orang lain sehingga menghambat rasa syukur dan keyakinan seseorang terhadap pertolongan Allah. Kita tidak pernah tahu ketika kita menolong golongan ini ia bisa menebar kebaikan dan pertolongan kepada banyak orang lain sepanjang perjalanannya.
Namun saya ingin menegaskan dalam tulisan ini saya tidak bermaksud melarang sedekah di masjid atau tempat ibadah. Mungkin dengan sedekah di masjid kita bisa lebih ikhlas karena tidak banyak orang yang mengetahui. Saya hanya miris ketika dari sedekah tersebut banyak dibangun masjid yang megah namun hanya ramai ketika hari raya, sholat jumat dan ketika ada acara pernikahan. Namun disisi lain banyak saudara kita yang kekurangan yang justru berpeluang untuk membangun rantai kebaikan. Ketika suatu pertolongan ini berkesan maka seseorang tersebut akan lebih mudah menolong orang lain. Disisi lain orang yang menerima sedekah ini akan lebih bersyukur kepada Allah dan menyakini bahwa rezeki dan pertolongan Allah itu selalu ada untuk hambanya. Hal yang paling penting ketika kita bersedekah kepada sesama, kita dapat membangun interaksi sehingga kita akan banyak belajar tentang kehidupan orang lain yang akan membuat kita lebih banyak bersyukur. Jadi ketika kita membantu orang lain dampak sosial dan psikologi akan lebih terasa.

Teknik Sederhana Menulis Cerita Anak

Oleh’ Susanti Hara Jv
Masa kanak-kanak adalah dunia yang pernah seorang dewasa lewati. Masa di mana mereka memiliki kebebasan imajinasi untuk bermain peran bersama teman menjadi apa saja. Saya ingat ketika masih kecil bisa berperan menjadi penjahat, polisi, guru, dan seluruh teman saya menokohkan karakter lainnya. Kami menikmati semua permainan itu tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Saking asyiknya bermain. Begitu sekarang berada dalam dunia pendidikan anak luar biasa, rasanya masih tetap saja dunia anak adalah dunia bermain untuk memerankan karakter yang mereka lihat dan juga rasakan. Saya sering melihat peserta didik di sekolah saya memanfaatkan waktu bermain peran menjadi ayah, ibu, dan juga anak. Bahkan, seringkali mereka bermain peran menirukan beberapa profesi yang mereka baca dari buku, ataupun mereka lihat dari tayangan televisi. Semua itu bisa dituangkan dalam bentuk tulisan. Tetapi, bukan tulisan biasa jika ingin dimuat di media, terbit, dan dibaca milyaran anak Indonesia. Cerita di atas semoga bisa menjadi gambaran, betapa luasnya nanti teknik dalam menulis cerita anak. Sesuatu yang berawal dari diri sendiri, kisah masa kecil, bisa dituangkan menjadi cerita anak. Bagi penulis yang sudah malang melintang dalam dunia kepenulisan, mungkin akan banyak menemukan teknik menulis. Proses kreatif yang tentunya berbeda antara penulis yang satu dengan penulis lainnya. Namun, intinya adalah jika ingin menulis cerita anak, kita harus “liar” dalam menulis, dan menuangkannya. Sehingga kita punya banyak kreatifitas dalam mengungkapkan bahasa tulisan. Tulisan benar-benar berkesan bahkan berpengaruh bagi pembaca cilik. Contohnya saja untuk menulis tema “Keluarga”. Maka setidaknya ada beberapa orang yang kita ingat, seperti: “Ayah”,  “Ibu”,  “Kakek”,  “Nenek”, “Kakak”, “Adik”,  dst. Dari karakter di atas, tentu akan ditemukan berbagai fenomena berbeda. Seperti ide menuliskan “Kakek”, maka setidaknya ada beberapa hal terkait dengan ide itu, seperti: – Siapa Kakek? – Di mana tempat tinggalnya? -Seberapa jauh jarak rumah Kakek dengan Anak? – Apa pekerjaan Kakek? – Bersama siapa Kakek tinggal? – Adakah pengalaman mengesankan bersama Kakek?
– Adakah pengalaman memalukan bersama Kakek? – Cerita apa yang menarik tentang Kakek?  -dst Sangat sederhana, bukan? Benar-benar “liar” dan tanpa batas. Semakin banyak keterkaitan ide dengan peristiwa atau pengalaman, tentu semakin mudah menulis.
Pertanyaannya, bagaimana mulai menulis cerita anak? Bagaimana memulai kata atau kalimat di awal paragraph? Semoga beberapa teknik yang saya dapat dari beberapa guru, baik itu belajar secara langsung maupun media sosial, cukup membantu untuk mulai menulis cerita anak. Kalau masih dirasa kesulitan, sila kirim pertanyaan. Dengan senang hati akan saya berikan tanggapan. Inilah beberapa teknik yang menurut saya memudahkan untuk memulai menulis cerita anak.

  1. Teknik Deskripsi Waktu Ini bisa digunakan untuk menggambarkan keadaan tertentu dengan menggunakan setting waktu. Bisa menunjukkan detik, menit, jam, hari,tanggal, bulan, tahun, siang hari, tengah malam dan seterusnya seiring waktu berjalan. Misalnya: Malam semakin gelap, Ayah belum juga pulang. Kudengar jam berdentang sepuluh kali. Hatiku tidak tenang. Biasanya, pukul 06.00 WIB, Ayah sudah sampai rumah. Aku jadi bertanya-tanya, apakah terjadi sesuatu dengan Ayah di tempatnya bekerja?
  2. Teknik Deskripsi Tempat Memulai tulisan dengan menggunakan setting tempat, tentu akan cukup mudah. Banyak sekali tempat yang pernah kita lewati dalam kehidupan sehari-hari. Teknik ini berhubungan dengan di mana terjadinya kisah atau peristiwa. Tempat dalam cerita anak sangat luas. Bahkan, sampai ke negeri dongeng, peri, dan sebagainya. Tidak hanya melulu tempat itu sebuah rumah, bangunan, toko, pedesaan, kota, negara, lautan, dan seterusnya. Anak-anak perempuan pada masa kini, lebih menyukai kisah putri dan kerajaan. Hal ini tentu berhubungan dengan dunia mereka yang liar.  Misalnya: Di sebuah kerajaan yang tenang, Putri Anti duduk sendirian. Dia tidak mau ke luar kamar. Ketika Bi Asih, pengasuhnya datang, Putri Anti mengunci mulutnya. “Ada apa Tuan Putri?” tanya Bi Asih, “Kenapa mengurung diri terus?” Dst.
  3. Teknik Deskripsi Orang Teknik mulai menulis deskripsi orang ini digunakan dengan menggambarkan sosok tokoh. Baik itu tokoh utama maupun tokoh pembantu. Intinya, ada orang, hewan, tumbuhan, atau karakter lain seperti peri yang terlihat dalam dunia anak dan bisa digambarkan melalui kata-kata. Misalnya: Tangan Peri Para, peri pengantar debu memerah. Peri paling cantik di negeri Hijau itu terkejut bukan main. Dia berteriak, “Tolong!” Dst… 4. Teknik Memulai Cerita Anak dengan Konflik Konflik dalam cerita anak sebenarnya sangat banyak. Tetapi, dalam menuangkannya, terutama cerita pendek yang sekali duduk dibaca anak dapat tuntas, sebaiknya hanya menceritakan satu konflik. Tulislah konflik yang benar-benar berkesan meskipun hasil rekayasa penulisnya. Misalnya:  “Aku tidak mau berteman lagi sama kamu,” bentak Dita seenaknya saja. Anggi melongo tak percaya, “Tapi Dit, memangnya aku salah apa?” Dst…. 5. Teknik Memulai dengan Aksi Untuk teknik ini, saya yakin sudah banyak yang bisa menebaknya. Tokoh dalam cerita melakukan suatu tindakan, gerak, atau sikap yang berhubungan dengan aksi. Misalnya: Andi membelokkan sepedanya ke kiri. Dia menghindari tabrakan dengan sepeda Tito. Tapi, sayang, begitu berbelok, Andi tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya. Akhirnya, Andi terjerembap di dalam kolam ikan Pak Saswi. Dst….
  4. Teknik Memulai dengan Dialog Teknik ini saya anggap paling mudah di antara sekian banyak teknik. Menulis menggunakan teknik ini, rasanya dari awal sudah terbangun cerita, tinggal memoles deskripsinya. Misalnya: “Siapa yang membawa baju bergambar Ultraman ini, Dit?” tanya Anto. Bukannya menjawab, Anto malah bertanya, “Memangnya kenapa?” “Aku suka baju ini. Aku ingin membelinya, tapi belum punya uang.” Dst…

Itulah beberapa teknik memulai menulis cerita. Silakan gunakan yang mana saja. Seiring berkembangnya kemampuan, maka akan semakin terampil dalam menulis. Awalnya, mungkin akan terasa begitu sulit. Tetapi jika sudah sering menulis, tanpa melihat lagi teknik apapun, insya Allah menulis tinggal menuangkan isi kepala ke dalam bentuk cerita. Selamat mengaplikasikan. Mari terus berlatih, berlatih, dan berlatih. Berlatih untuk menghasilkan karya berkesan. Berpengaruh positif bagi generasi penerus bangsa.