Berbicara atau Berkomentarlah yang Baik atau Diam

Oleh: Ade Tuti Turistiati
Mari kita bandingkan 3 kalimat pertama dengan 3 kalimat berikutnya: …
1. Bu Marni itu cantik tapi sayang badannya gemuk.
2. Ustadz itu tausiyahnya bagus dan menyejukkan tapi sayang dia punya masa lalu yang kelam.
3. Anak kecil itu pintar tapi kadang susah diatur.
__
a. Bu Marni itu badannya gemuk tapi dia cantik
b. Ustadz itu punya masa lalu yang kelam tapi tausiyahnya bagus dan menyejukkan
c. Anak kecil itu kadang susah diatur tapi dia anak yang pintar
Saya yakin kita sependapat bahwa kalimat a, b, dan c cenderung bermakna atau mempunyai dampak positif. Jadi jika kita ingin menyampaikan suatu pernyataan lebih baik sampaikan terlebih dahulu apa yang kurang enak didengar atau cenderung negatif diiringi pernyataan positif bukan sebaliknya.
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari bisa jadi kita lebih banyak menggunakan kalimat dengan pola pertama, yaitu berkomentar atau menyampaikan pendapat kita tentang seseorang/sesuatu dengan pernyataan positif terlebih dahulu kemudian diikuti oleh informasi negatif. Kalimat atu pernyataan seperti ini menurut saya mempunyai kecenderungan orang lain atau teman bicara kita menjadi penasaran menggali hal-hal negatif tentang apa yang kita sampaikan. Lebih buruk lagi jika akhirnya kita jadi melupakan hal baiknya tentang orang yang kita bicarakan dan terjebak menggali kekurangan atau hal-hal yang negatifnya.
Pertanyaannya, seberapa penting dan bermanfaatnya informasi atau pernyataan negatif harus disampaikan mengiringi pernyataan positif ? Bisa jadi tidak penting dan tidak punya manfaat sama sekali.
Nah, kalau begitu kita bisa mengatakan pernyataan atau komentar kita cukup seperti ini:
A. Bu Marni itu cantik.
B. Ustadz itu tausiyahnya bagus dan menyejukkan.
C. Anak kecil itu pintar.
Atau kalau kita merasa tidak ada hal-hal yang baik dan bermanfaat untuk disampaikan lebih baik kita diam.

Spread the love